Meski di tengah keterbatasan, umat Hindu di Kabupaten Lamandau tetap melaksanakan doa bersama jelang perayaan nyepi.
RIA M. ANGGREANI, Lamandau
Kemarin sore, belasan umat Hindu memanjatkan doa bersama di lokasi calon pembangunan pura yang letaknya berada di Jalan PT MML.
Beralaskan beberapa lembar papan di atas tanah berumput mereka terlihat beribadah dengan sangat khidmat. Memang terlihat sangat-sangat sederhana jika dibandingkan dengan umat Hindu di daerah lain yang bisa beribadah di pura yang indah.
Mungkin hanya sedikit warga yang tahu lokasi pura ini, karena daerahnya cukup masuk ke dalam, diantara perkebunan sawit dan ladang warga. Jalan masuknya pun masih berupa jalan tanah yang becek saat musim penghujan. Lokasi ini sengaja dipilih karena tempatnya masih alami dan hening.
"Lahan ini sendiri sudah kita miliki sejak tahun 2015 sekitar 1 ha, namun baru tahun 2016 kita gunakan untuk beribadah, walaupun seadanya. Sedangkan pemerintah daerah telah membantu mengamankan lokasi dengan membangun pondasi pagar tahun 2016 lalu," terang Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Kabupaten Lamandau, I Nengah Swarta, Jumat (16/3).
Namun diungkapkannya bahwa dalam pelaksanaan ibadah doa bersama ini tidak hanya diikuti oleh umat Hindu Bali saja, tapi juga warga Hindu Kaharingan.
Dibeberkannya, rangkaian pelaksanaan nyepi sebenarnya ada tiga. Yakni Melasti, Tawur Agung dan nyepi. Namun karena keterbatasan sumber daya dan sarana, tidak semua bisa dilakukan, sebab butuh orang yang banyak untuk melaksanakan semua ritualnya. Tawur agung sendiri biasanya dilakukan di simpang empat atau dipusat/ditengah kota dengan tujuan untuk membersihkan bumi dan menyucikan bumi.
"sehari sebelum hari raya nyepi (1 saka) atau hari ini umat hindu melaksanakan tawur agung kesanga. Upacara ini berdasarkan konsep Tri Hita karana, yakni menyelaraskan hubungan tiga elemen yakni manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam, " ungkapnya.
Tawur agung kesanga ini menurutnya juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang ada pada diri manusia. Dan dilanjutkan hari ini (17/3) sebelum matahari terbit pada hari raya nyepi semua umat hindu akan melaksanakan catur brata penyepian. Yakni Amati geni (tidak menghidupkan api), amati karya (tidak berkarya/bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang /menghibur diri.
"Intinya adalah untuk instropeksi diri. Apa yang sudah kita lakukan selama setahun ke belakang. Ini sebagai titik nol, agar kita kedepan kita bisa melangkah lebih baik lagi tidak mengulangi kesalahan, " ungkapnya.
Umat Hindu Kabupaten Lamandau mengaku sangat berayukur, meskipun rumah ibadah belum berdiri, namun semangat kebersamaan umat sangat tinggi. Dan kini pihaknya juga sudah memiliki lahan yang cukup.
"Kami belum tahu kapan rumah ibadah atau pura kami bisa berdiri. Pastinya saat ini kami sudah memiliki lahan yang cukup," tandasnya. (***/fm)