PALANGKA RAYA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia terus berupaya menangkal penyebaran faham terorisme di kalangan generasi muda di berbagai daerah, termasuk di Bumi Tambun Bungai. Caranya pun makin kreatif dan variatif. Salah satunya melalui pelatihan pembuatan film pendek bertemakan nasionalisme.
Dua pemateri dari kalangan praktisi dan insan perfilman nasional dihadirkan dalam kegiatan tersebut. Yakni, Aca Hasanudin Matenga dan Ratikala Bhre Aditya.
Selain mereka, panitia juga mendatangkan Khoirul Ikhwan, mantan narapidana terorisme (Napiter) kasus bom Solo, Polres Cirebon, dan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta.
Kegiatan diawali pembukaan yang dihadiri Plt Sekda Provinsi Kalteng Fakhrizal Fitri yang diwakili Ir I Ketut Widi, pengurus BNPT Pusat Fachruddin, dan pejabat terkait lainnya.
”Kegiatan ini dilaksanakan atas beberapa tujuan. Di antaranya, mendorong pelajar dan tokoh pendidik untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan terorisme di lingkungannya. Kemudian, menanamkan kecintaan para pelajar terhadap bangsa dan negara sehingga tidak mudah terpengaruh faham-faham radikal yang muncul di sekitarnya,” kata Ketua FKPT Provinsi Kalteng Drs H Nurul Edy MSi, dalam laporannya di acara pembukaan.
Selanjutnya, ujar Nurul Edy, pihaknya berupaya memberikan pelatihan kepada pelajar untuk menyalurkan bakat dan kreativitasnya sekaligus sarana perpaduan gagasan dalam pencegahan faham radikalisme.
Secara terpisah, Ketua Bidang Media Massa, Humas, dan Sosialisasi FKPT Kalteng H Sutransyah, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya cegah tangkal terhadap terorisme.
“Generasi muda ini kita berikan pemahaman tentang bahaya terorisme, dan cara menghindari agar tidak terjerumus ke dalamnya,” kata Sutransyah.
Apalagi hadir mantan anggota jaringan terorisme yang akan bertutur tentang pengalaman kelamnya di masa lalu adalah Khoirul Ikhwan. Mantan narapidana terorisme itu pernah tergabung di kelompok pemberontak muslim di Myanmar.
Khoirul ditangkap di ruko di Bakasi Selatan, 20 Agustus 2013 lalu bersama rekan kelompok radikalnya, yakni Andri Wahono, Ahmad Irfan, dan Syamsuri.
Peserta kegiatan bertajuk “Menjadi Indonesia” ini sekitar 200 orang, berasal dari kalangan mahasiswa dan pelajar tingkat SMA dan SMK sederajat, se-Kota Palangka Raya. (vin)