REMAJA di Pulau Hanau memanfaatkan waktu buka puasa untuk berburu sinyal telepon selular. Lokasi favoritnya di dermaga dan jembatan.
ARIFIN, Sampit
Jembatan maupun dermaga penyeberangan antardesa di Kecamatan Pulau Hanaut dan Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHU) terlihat ramai saat sore. Sambil menunggu bedug azan magrib, mereka asyik memainkan telepon selular masing-masing.
Usut punya usut, ternyata di dermaga itu menjadi lokasi favorit untuk mendapatkan sinyal ponsel. Di tempat tinggal mereka, sinyal internet sangat lemah.
“Sinyal internet kami mengharap dari seberang (Kecamatan Mentaya Hilir Selatan). Kalau di sini sinyalnya lemah,” ujar Rara, warga Desa Bapinang Hilir Laut.
Rara menceritakan, ada beberapa desa di Kecamatan Pulau Hanaut kesulitan dalam mencari sinyal internet. Desa itu diantaranya Dusun Handil Pala, Dusun Handil Rukun, Desa Rawa Sari, Desa Makarti Jaya, Desa Bapinang Hilir Laut, Desa Bantian, dan Desa Serambut. Dua dusun dan tiga desa itu hanya mengharap sinyal dari seberang karena jarak ke ibukota Kecamatan Pulau Hanaut cukup jauh.
Di ibu kota kecamatan ada dua tower berdiri yakni tower dari Telkom dan Indosat, namun sinyalnya tidak sampai ke desa-desa tersebut di atas.
“Mungkin karena banyak pepohonan sehingga sinyal sangat sulit. Solusinya, kami terpaksa keluar rumah menuju jembatan tinggi atau ke dermaga desa,” kata Rara.
Jumlah desa di Kecamatan Pulau Hanaut ada 14 desa. Tidak semua desa memiliki jembatan tinggi dan dermaga penyeberangan sehingga, para remajanya terkadang gabung dengan remaja lainnya hanya untuk mencari sinyal.
“Tidak setiap hari kami keluar rumah hanya untuk mencari sinyal internet. Kalau hanya untuk sinyal telepon sih masih bisa diharapkan walaupun satu atau dua baris yang terlihat di layar ponsel,” ucap pemudi desa ini.
Andai, motoris kelotok di Desa Sei Ijum Raya Kecamatan MHS mengungkapkan, hampir setiap hari para remaja maupun dewasa duduk di dermaga penyeberangan. Mereka asyik mengotak-atik ponsel hanya untuk akses internet.
“Sekarang zamannya sudah beda. Kalau dulu kami duduk di dermaga hanya untuk ngobrol. Kalau sekarang para remaja datang ke dermaga sambil ngabuburit hanya untuk mencari sinyal supaya bisa browsing dan membuka media sosial,” kata Andai.
Keterbatasan sinyal di dua dusun dan lima desa di Kecamatan Pulau Hanaut semestinya menjadi perhatian serius dari perusahaan seluler terbesar di indonesia. Sebab, bagaimana bisa para pemuda dan pemudi desa melek teknologi sementara akses internet sangat terbatas. (yit)