PALANGKA RAYA – Stadion Tuah Pahoe tak lama lagi bakal digunakan untuk menggelar laga Kalteng Putra dalam mengarungi Liga 1. Sebelum resmi fungsional, ritual adat digelar untuk ”membersihkan” stadion itu.
Ritual Tantulak Dahiang itu dilaksanakan di ruang ganti Kalteng Putra, Minggu (28/7). Kegiatan itu dilaksanakan hingga malam hari.
”Kami menggelar Ritual Tantulak dengan tiga tahap. Tujuan akhirnya agar di stadion ini, hal negatif dan aura negatif hilang. Sekaligus juga mendoakan Kalteng Putra menang setiap berlaga di stadion,” kata Parada, tokoh agama Hindu Kaharingan.
Parada menuturkan, tahap pertama dilakukan dengan menggelar nantilang liau, yang artinya membersihkan sekitar stadion agar tidak ada hal-hal negatif menganggu hingga pukul 17.00 WIB. Malam harinya akan digelar Mangkang Sangiang sekitar pukul 19.00 WIB.
”Merupakan tahap kedua, Sangiang dipanggil untuk membersihkan stadion ini dari gangguan gangguan makhluk halus. Artinya, tidak hanya manusia, tetapi juga secara gaib ikut membantu,” ujarnya.
Dia melanjutkan, tahap ketiga mengembalikan sangiang ke tempat asalnya. ”Tujuan utamanya untuk membersihkan dan menyucikan stadion, sekaligus agar Kalteng putra selalu menang di stadion Tuah Pahoe,” katanya.
Parada menambahkan, kegiatan itu merupakan ritual budaya, bukan berarti melakukan hal-hal yang tidak-tidak. ”Jadi, di setiap tempat pasti ada, apalagi di Stadion Tuah Pahoe. Sebab, sebelumnya dahulu adalah hutan alam lestari dan dibangun. Jadi, sebelum manusia ada, sudah ada makhluk yang menempati. Makanya itu kami meminta izin,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Kalteng Putra Sigit Wido mengatakan, kegiatan itu merupakan bagian dari kearifan lokal. ”Ini adat suku Dayak dan agar pemain semangat lagi untuk Kalteng Putra. Bisa bertahan di liga satu untuk pembelajaran tahun berikutnya,” tandasnya. (daq/ign)