PALANGKA RAYA – Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalteng bisa berlangsung lebih lama dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, tragedi asap 2015 bisa terulang. Hal itu karena kemarau tahun ini diprediksi lebih panjang.
”Tahun ini ancaman cuaca tidak separah tahun 2015. Saat itu el nino ekstrem, tahun 2018 el nino lemah. Beberapa pakar memberikan peringatan bahwa 2019 ini el nino moderat atau tengah, jadi harus waspada. Makanya ancaman tahun 2015 bisa terulang kembali,” kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead.
Dia menegaskan, jangan sampai peristiwa kabut asap tahun 2015 terulang lagi. Sebab, Semua pihak harus berupaya melakukan langkah nyata mengantisipasi hal tersebut.
”Tidak akan terjadi kebakaran jika semua menjaga lingkungan bersama. Makanya, waspada yang masih membakar apalagi jika itu faktornya ekonomi,” katanya.
Nazir menuturkan, di Tumbang Nusa, Pulang Pisau, banyak sekat kanal dan sumur bor, karena lokasi itu gambutnya relatif dalam. Bahkan, pemerintah sudah membuat 900 sumur bor di empat kabupaten dan akan dianggarkan terkait pengopreasiannya. Salah satunya dana desa agar bisa dipakai mengoperasikan sumur bor.
”Sekat kanal kalau sudah kering rawan kebakaran, namun ditekankan tidak akan terbakar jika tidak disengaja. Makanya jangan membakar lahan. Lakukan patroli dan ditindak tegas,” katanya.
Sekda Kalteng Fahrizal mengatakan, pemerintah akan menyiapkan ruang sehat yang bebas dari asap jika Kalimantan Tengah terus mengalami karhutla dan itu disediakan gratis. Selain itu, pengawasan terhadap perusahaan diperketat dan izinnya akan dicabut apabila ketahuan ikut membakar lahan.
Sementara itu, Camat Jekan Raya Saifullah menambahkan, telah berupaya maksimal dan selalu menyosialisasikan bahaya dampak karhutla. Bahkan, setiap hari TSAK kecamatan selalu berkerja memadamkan kebakaran lahan.
”Kalau di Jekan Raya saja bisa lebih 20 hektare terbakar dan setiap hari terjadi. Intinya, kami terus berupaya melakukan pemadaman dengan kondisi berbagai kendala,” pungkasnya. (daq/ign)