Kecintaan Apung Widadi terhadap sepak bola sudah mendarah daging. Kini, pria yang menjabat Direktur Teknik Kalteng Putra itu menjadi kolektor sepatu sepak bola. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya lebih dari 500 pasang yang nilainya mencapai sekitar setengah miliar.
DODI, Palangka Raya
Pengalaman masa kecil yang sulit membeli sepatu sepak bola terus terngiang di benak Apung Widadi. Saat itu dia menempa olah skil bolanya berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB). Dia tak mampu membeli sepatu karena kondisi keluarganya yang hidup sederhana.
Apung menuturkan, keinginan menjadi pemain tim nasional (timnas) menjadi salah satu tekadnya. Berposisi sebagai penyerang, membuat dia selalu berkeinginan memiliki sepatu yang nyaman dan mampu mengimbangi skilnya. Hal itulah yang melatarbelakanginya mengoleksi sepatu bola.
Suami Puput Dian Permata Sari itu menambahkan, setiap melihat sepatu bola, seakan melihat permata. Selalu ingin membeli dan terus membeli. Pernah dia sampai bermimpi saking inginnya membeli sepatu yang diincar.
”Dulu itu sulit, makanya sekarang seperti balas dendam. Tetapi, sejujurnya dalam bola itu yang menariknya tidak hanya bola, tetapi pernak perniknya. Nah, salah satunya sepatu bola. Kalau di Jakarta ada komunitas, saya kebetulan penyuka sepatu hingga akhirnya menjadi pengolektor sepatu,” ujar Apung.
Dalam mengoleksi sepatu, Apung mengaku melihat sejarah pengguna sepatu tersebut. Salah satunya ketika Ronaldo lagi terkenal, dia langsung mencari sepatunya. Lalu, ada Ronaldinho dan pemain idola lainnya, hingga terus memburu sepatu yang mereka kenakan.
”Pokoknya, kalau ada baru maka saya beli, seperti sepatu Messi yang keluaran spesial. Jadi, saya koleksi ini merupakan edisi terbatas di dunia. Contohnya versi world cup. Nah, di dunia terbatas, salah satu pemiliknya saya. Lalu ada sepatu Rivaldo, belinya di Amerika dan di Indonesia sudah tidak ada,” ujarnya.
Apung membeli sepatu dengan berbagai alasan. Salah satunya membeli hasil kreasi, yakni sepatu yang bisa dilukis, seperti klub Persija maupun Kalteng Putra. Dia juga sudah puluhan kali menghadiahkan sepatu tersebut kepada para pemain, di antaranya pemain Kalteng Putra sampai pemain timnas dan pelatih timnas.
”Sepatu yang saya bawa di Kalteng ini separuhnya saja. Nah, di Jakarta lebih banyak bahkan sampai 500 pasang. Bisa sampai mengocek kantong hingga Rp 500 juta. Saya koleksi dari tahun 2015 hingga sekarang,” ujarnya.
Menurut Apung, sepatu pertama yang dibelinya Nike 90 saat masih SMP. Sepatu itu juga dipakai Roberto Calos, pemain timnas Brazil yang dikenal karena kekuatan tendangannya. Kini, sepatu itu sudah tidak diproduksi lagi.
Harga sepatu yang dikoleksinya bervariasi, mulai dari Rp 3,5 juta hingga Rp 20 juta. ”Membeli pun sampai ke Amerika hingga Jerman, bahkan Jepang. Dengan cara membeli dan ikut lelang di luar negeri, misalnya untuk sepatu Nike Ronaldinho dan Ronaldo 89,” ujarnya.
”Mencari sepatu itu mencari sesuatu yang unik dan punya sejarah, tentunya dipakai oleh idola. Makanya saya punya keluaran Adidas kuno dan sudah tidak diproduksi lagi. Harganya paling tinggi Rp 20 jutaan,” tambahnya.
Apung mengaku mendapatkan sepatu tersebut dengan penuh perjuangan. ”Paling sulit didapat adalah World Cup Nigeria dan saya beli langsung di Nike Amerika. Dua bulan baru bisa beli. Ada sepatu yang hanya dipajang, ada juga yang dipakai, bahkan saya bawa tidur, seperti Predator Zidane dan Beckham. Memakai itu seolah-oleh seperti Zidane,” ucapnya.
Apung menambahkan, dia murni sebagai kolektor tanpa berniat menjadi penjual. Karena itulah dia sering memberikan sepatu secara cuma-cuma. ”Bagusnya itu, istri tidak protes dan malah mendukung. Saya beli sepatu itu harus ada ceritanya, seperti sepatu Messi yang digunakan di final piala champion,” katanya.
Lebih lanjut Apung mengatakan, ingin memberikan suatu hal bagi SSB, bahkan ingin memberikan beasiswa sepatu bola kepada anak-anak. ”Saya ingin itu bisa dilakukan. Makanya saya ingin nanti ada komunitas koleksi sepatu dan sama-sama memberikan beasiswa sepatu,” ujarnya. (***/ign)