PANGKALAN BUN- Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), mengisolasi satu orang dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Pasien yang dirahasiakan identitasnya tersebut saat ini dirawat secara khusus terkait penanganan virus korona di ruang isolasi.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kobar sebagai juru bicara penanganan Covid-19, Ahmad Rois mengatakan, pasien PDP tersebut dirawat di RSUD sejak hari Minggu lalu.
”PDP tersebut datang dengan tanda-tanda pneumonia, berupa gejala batuk, pilek, dan gangguan pernapasan. RSUD SI Pangkalan Bun telah melakukan tatalaksana penanganan terhadap PDP untuk mengetahui apakah yang bersangkutan positif atau negatif tertular Covid-19," terangnya.
Dia menjelaskan, Orang Dalam Pemantauan (ODP) maupun PDP, harus memenuhi kriteria, yaitu riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit 14 hari sebelumnya. Tim reaksi cepat penanganan virus korona dari Dinkes tengah melacak atau melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) untuk mengetahui siapa saja yang pernah melakukan kontak erat dengan PDP tersebut.
”Dengan PE tersebut, dapat diketahui riwayat perjalanannya dan dapat kita ambil langkah - langkah pembatasan agar segera ditentukan," tegasnya.
Rois menambahkan, untuk menindaklanjuti penanganan dan mengetahui apakah PDP tersebut tertular Covid-19, pihaknya telah mengambil sampel. Sampel tersebut dikirim ke laboratorium terdekat, yaitu Litbangkes Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dia berharap secepatnya temuan tersebut terkonfirmasi.
Lebih lanjut Rois mengatakan, informasi terkait Covid-19 hanya dapat diakses satu pintu, yakni juru bicara penanganan virus korona. Warga diminta tak memercayai informasi yang tersebar luas dan bukan resmi dari pernyataan jubir.
”Saat ini penyebutan suspect (terduga) atau orang yang dicurigai Covid-19 sudah tidak dipakai lagi, tetapi disebut dengan Pasien Dalam Pengawasan," pungkasnya.
Awasi Kapal Asing
Sementara itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Sampit melakukan pengawasan ketat terhadap 23 kapal asing yang masuk ke wilayah Kotim sejak Januari lalu. Kapal tersebut berasal dari berbagai negara, di antaranya Cina, Vietnam, Islandia, Liberia, Panama, Malaysia, Togo, dan termasuk Indonesia.
”Ada 23 kapal asing dan sepuluh kapal di antaranya berasal dari Cina yang telah kami lakukan pengawasan sejak Januari hingga 12 Maret 2020. Hingga kini belum ada laporan kapal asing yang masuk wilayah perairan Sampit," kata Syahuri, Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi KKP Sampit.
Pengawasan semakin diperketat dalam beberapa pekan terakhir setelah Presiden RI Joko Widodo warga negara Indonesia (WNI) yang positif terinfeksi Covid-19.
”Pengawasan yang rutin kami laksanakan, baik di pintu masuk pelabuhan maupun pintu masuk bandara semakin diperketat lagi, terutama penumpang dari Jakarta," ujarnya.
Dalam pengawasan, lanjutnya, tidak ada satu pun orang asing yang boleh turun ke darat sebelum dinyatakan steril dari berbagai pemeriksaan.
”Sejak Januari hingga sekarang, ketika ada kapal asing datang, hanya kami yang boleh naik dengan alat pelindung diri (APD), khususnya bagi negara asal virus dan seluruh kapal asing lainnya," pungkasnya. (tyo/sla/hgn/ign)
