PALANGKA RAYA – Dampak banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel), dikhawatirkan bakal menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga bahan pokok di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng), terutama di Palangka Raya dan sekitarnya. Hal ini pun segera diantisipasi oleh pemerintah setempat dengan mengaktifkan tim pengendali inflasi daerah (TPID), untuk mengawasi ketersediaan bahan pokok.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Fahrizal Fitri menyatakan, hal ini sebagai langkah awal mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan harga pada sejumlah komoditas.
Menurutnya, kelancaran distribusi kebutuhan pokok, baik dari dalam dan keluar daerah harus diperhatikan dengan adanya perubahan cuaca akhir-akhir ini, khususnya kondisi banjir yang sedang melanda Kalsel. Selain itu uaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
”Akhir-akhir ini terjadi gelombang besar, curah hujan yang cukup tinggi, dan berdampak kepada bencana banjir di Kalsel. Tentu kita harus segera melakukan monitoring, mengecek berkenaan dengan ketersediaan pangan kita, harganya, terus juga distribusinya,” ujar Fahrizal, kemarin.
Ia melanjutkan, fenomena cuaca dan kejadian bencana alam di provinsi, tentunya menjadi salah satu pertimbangan untuk mulai bergerak guna memasikan ketersediaan dan kelancaran distribusi kebutuhan pokok. Jangan sampai terjadi kelangkaan dan kenaikan harga melebihi batas kewajaran, karena dapat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
”Koordinasi semua lintas sektoral yang terpenting untuk memastikan seluruh stok pangan pada posisi aman. Seandainya ada terkendala, tentu tentu harus ada upaya-upaya bagaimana permasalahan itu ditanggulangi,” imbuhnya.
Di satu sisi lanjut Fahrizal, pemerintah provinsi juga mengharapkan bencana banjir yang terjadi di Kalsel tidak berdampak terlalu besar terhadap ketersediaan dan disitribusi kebutuhan pokok di Kalteng. Kendati diakuinya, sebagian besar komoditas bahan pokok di provinsi ini tidak sedikit yang bersumber dari provinsi tentangga.
Di sisi lain menurutnya, perubahan cuaca yang berpotensi menyebabkan tingginya gelombang laut juga harus dicermati, karena hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap disitribusi kebutuhan pokok dari Pulau Jawa.
”Memang perlu dicermati karena distribusi berkenaan dengan sebagian besar barang-barang yang berada di Kalteng, khususnya wilayah timur dan tengah ini cenderung bersumber dari Kalsel,” tambah Fahrizal.
Ia menambahkan, maka dari itu perlunya langkah monitoring dari awal, baik dari sisi ketersediaan stok, harga, dan distribusi akan mempermudah langkah-langkah pengendalian ketersediaan barang dan inflasi di Kalteng.
”Semuanya diinstruksikan terlibat, termasuk BMKG yang memberi prediksi-prediksi cuaca dan juga ini antisipasi kita menghadapi risiko bencana, salah satunya banjir,” tandas Fahrizal. (sho/gus)