PALANGKA RAYA - Ditengah kemelut terkait pemecatan sejumlah dosen dan kudeta terhadap rektor baru, Universitas PGRI Palangka Raya berhasil yudisium 198 mahasiswanya. Mahasiswa yang baru diyudisium diingatkan agar tidak terbuai mimpi untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN).
Namun, mahasiswa lebih diarahkan untuk mandiri. Apalagi ditengah persaiangan ketat negara-negara Asena yang ditandai dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean.
"Kalau berharap menjadi PNS itu sangat sulit, karena yang dicari hanya beberapa orang, sedangkan yang mendaftar ribuan. Untuk itu, kita tidak menekankan lulusan ke arah sana, tetapi kita arahkan agar mereka bisa mandiri," kata Rektor Universitas PGRI, Maharidiawan, Selasa (31/5).
Ditegaskannya, kedepan lulusan itu tidak bisa lagi berorientasi pada PNS. Pasalnya, persiangan makin ketat. Namun, untuk mencapai sukses tidak hanya lewat jalur PNS, banyak pekerjaan dan karir lain yang lebih baik.
"Ini yang terus kita dorong kepada lulusan. Kalau kita hanya berorietasi pada PNS, maka sulit untuk maju. Banyak lapangan kerja yang lain, ini yang kita inginkan agar lulusan tidak berharap sebagai PNS," tegasnya.
Maharadiawan mengatakan, persoalan yang terjadi beberapa waktu lalu (dosen mengudurkan diri dan kudeta terhadap rektor) tidak menghambat proses perkualihan di Universitas PGRI. Bahkan, PGRI bisa melaksanakan yudisium terhadap siswa.
"Tidak ada persoalan lagi saat ini, kita ingin fokus membangun PGRI lebih baik. Dan alhamdulillah kita bisa melaksanakan yudisium terhadap 298 mahasiswa dari 4 fakultas, yakni hukum, FKIP, Faperta dan Fisipol," tukasnya.
Dari 298 mahasiswa yang yudisum tersebut 9 orang dari Fakultas Hukum. 147 orang dari FKIP, 2 orang dari Faperta dan 27 orang Fisipol.
"Untuk FKIP ini kita ada tiga prodi, yakni Pendidikan Sejarah, Penjaskesrek (Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi) dan Pendidikan Geografi," tandasnya. (arj/vin)