SAMPIT – Dinas Perumahan Tata kota dan Kebersihan (Dispertasih) mengalami kerugian puluhan juta rupiah selama 2016. Kerugian itu disebabkan sarana pertamanan yang rusak dan hilang dicuri, seperti pot bunga dan tanaman hias.
”Lumayan banyak tanaman hias yang hilang tahun ini, sekitar 150-an. Kalau pot bunga tidak hilang, cuma rusak. Ada 12 pot yang rusak, ada yang sepertinya disengaja dan ada juga yang tertabrak kendaraan,” kata Indra Esaputra, Kabid Pertamanan Dispertasih Kotim, Selasa (20/9).
Indra merinci, satu pot bunga standar senilai Rp 500 ribu, sehingga total kerugian dari 12 pot yang rusak sekitar Rp 6 juta. Untuk harga bibit tanaman hias rata-rata seharga Rp 100 ribu per tanaman dengan total kerugian sekitar Rp 15 juta. Ditambah biaya perawatan dan pupuk, total kerugian sekitar Rp 30 juta.
Selain itu, lanjutnya, beberapa lampu hias di sekitar Jalan A Yani sering dilaporkan hilang. Lampu hias yang hilang sekitar 10 unit. Satu unit lampu hias rata-rata seharga Rp 700 ribu, sehingga jumlah kerugian mencapai Rp 7 juta dalam tahun ini.
”Kami sangat prihatin, tanaman hias dan sarana pertamanan untuk memperindah kota kok malah banyak yang mencuri. Seharusnya sebagai sesama masyarakat Kota Sampit, kita bersama-sama menjaga aset daerah ini,” tegasnya.
Sementara itu, Kasi Sarana dan Prasarana Dispertasih Kotim Saud Pardosi menambahkan, pihaknya telah melakukan pengawasan terhadap fasilitas pertamanan di Sampit. Meski demikian, tidak bisa maksimal karena jumlah petugas kurang. Penjaga taman kota di Sampit hanya enam petugas. Itu pun tidak 24 jam, tapi menggunakan shift dan difokuskan pada pagi dan malam.
”Berdasarkan pertimbangan kami, yang rawan dicuri pada sore dan malam. Makanya penjagaannya difokuskan pada waktu itu. Selain itu, untuk mengantisipasi tindak kriminal di sekitar bundaran dan taman kota di malam hari. Tapi, rupanya malah pagi-pagi itu yang menjadi kesempatan pelaku mencuri tanaman hias,” ujar Saud.
Saud menuturkan, anggaran yang dialokasikan pemkab untuk pot dan tanaman hias tahun ini hanya sekitar Rp 60 juta. Jumlah tersebut sebenarnya tidak cukup untuk pengadaan dan perawatan pot dan tanaman hias di seluruh kota. Ditambah dengan banyaknya pot yang rusak dan tanaman hias yang dicuri, pihaknya harus melakukan pengadaan baru, sehingga anggaran semakin tidak memadai.
Menurut Saud, penanaman, perawatan, dan renovasi sarana pertamanan rusak mereka lakukan secara gotong-royong bersama petugas, baik dari seksi kebersihan dan lainnya. Hal itu untuk menghemat anggaran.
”Selain itu, dari beberapa perusahaan juga ada yang membantu melalui program CSR, contohnya dari Pelindo III memberikan bantuan bibit tanaman, perbaikan fasilitas WC di taman kota, dan kontainer sampah. Dari perbankan dan bupati juga ada membantu,” katanya.
Saud mengimbau masyarakat turut berpartisipasi menjaga keindahan kota karena merupakan tanggung jawab bersama. ”Jangan merusak atau mencuri fasilitas yang ada. Jika melihat ada oknum yang melakukan hal tersebut, segera laporkan ke pihak berwenang agar segera ditindaklanjuti,” tandasnya. (vit/ign)