KUALA KURUN – Pembangunan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) di Kabupaten Gunung Mas akan sangat membantu para petani. Saat itu SP3T masih dalam tahap penjajakan, karena ada mekanisasi dan dituntut biaya yang besar. Harus dilakukan pengecekan ke sawah, minimal ada 400 hektare yang siap produksi padi.
”Pembangunan SP3T sangat menguntungkan petani. Contohnya, dalam pengeringan padi, normalnya membutuhkan waktu selama dua hari. Namun, dengan adanya mekanisasi, hanya memerlukan waktu selama delapan jam saja dalam proses pengeringan padi,” kata Dandim 1016 PLK Letkol CZl Alvius Navirinda Krisdinanto, Kamis (2/2).
Hal itu disampaikan Alvius dalam pertemuan petugas penyuluh lapangan (PPL), kelompok tani, dan Babinsa. Pertemuan itu membahas, rencana di wilayah masing-masing.
Terkait teknis, kata Alvius, Gumas sudah melakukannya dengan mengoptimalkan cetak sawah agar bisa tertanam, melakukan luas tambah tanam, dan meningkatkan serapan gabah kering giling (GKG).
”Ke depan, apabila produksi padi di Gumas sudah mencapai 400 hektare, akan kita usulkan ke Pemerintah Pusat terkait pembangunan SP3T tersebut,” ujarnya.
Menurut dia, Gumas memiliki potensi besar dalam pertanian dengan lahan yang luas. Hanya saja, kendalanya ada pada masyarakatnya sendiri, yakni tidak tertarik mengolah lahan.
”Kendala yang ada tersebut bisa kita atasi dengan mekanisasi. Contoh, menggunakan handtracktor yang sama dengan jumlah 30 orang dalam menggarap sebuah sawah. Mekanisasi itu sebetulnya cara yang paling baik,” ujarnya.
Selain kendala tersebut, juga ada permasalahan irigasi, terutama saluran maupun pembuangannya. Hal itu memerlukan komunikasi dan koordinasi, karena irigasi primer ada di Dinas Pekerjaan Umum (DPU), sedangkan tersier dan sekunder di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
”Penyelesaiannya itu sebenarnya bisa dilakukan dengan berkoordinasi dan komunikasi yang intens, sehingga bisa saling membantu,” ujarnya. (arm/ign)