KEMATIAN Yasinta Bura, Jumat (17/3) pagi, menjadi keluarga dan warga Marga Mulya. Dia merupakan tokoh masyarakat Maumere, Nusa Tenggara Timur, yang merantau di Marga Mulya.
SLAMET HARMOKO, Pangkalan Banteng.
Memasuki jalur 1 RT 02 RW 02 Desa Marga Mulya terlihat puluhan pelayat memadati ujung jalur yang menjadi lokasi kediaman Vius Dame dan mendiang Yasinta Bura. Sayup-sayup terdengar tangisan kerabat dan saudara dekat korban yang entah sudah berapa lama duduk bersimpuh di peti mati yang diletakkan di teras rumah berdinding kayu.
Maria Nona Isa, putri angkat korban, terbaring di samping peti mati. Masih dengan tatapan kosong ke langit-langit teras, gadis yang telah tinggal dengan mendiang sejak umur enam bulan itu sesekali mengusap air mata yang terus meleleh dari mata sembabnya. Seakan tak peduli dengan lalu-lalang pelayat yang bergantian mendekat untuk mengucapkan belasungkawa.
Aura kehilangan dan kesedihan mendalam amat terasa di rasakan keluarga korban dan juga masyarakat NTT di Pangkalan Banteng. Selain dikenal sebagai keluarga tokoh masyarakat, Yasinta Bura dikenal baik dengan tetangga. Bahkan sebelum terkena serangan stroke dan mengalami kelumpuhan di separuh anggota tubuhnya sekitar setahun lalu, korban merupakan pendoa di gereja ataupun kegiatan ibadah Katolik di desa itu.
"Bu Yasinta itu baik dan tak pandang siapa orang itu pasti ditolong kalau butuh bantuan. Apalagi dia juga sabagai pendoa di gereja, ya kalau di orang muslim bisa disebut sebagai ustadzah," ungkap tetangga korban, Yanti saat dibincangi koran ini.
Selain itu, dalam keseharian warga sekitar tak pernah mendengar Egeneus Paceli dan keluarga korban ribut. Namun justru keluarga nahas itulah yang menjadi pendamai ketika Egeneus bertengkar dengan keluarga atau ketika berselisih paham dengan masyarakat Marga Mulya lainnya.
"Keluarga ini sebaik-baiknya orang, tiap terjadi masalah di keluarga Paceli ya pak Veus dan istrinya ini yang membantu menyelesaikannya," katanya.
Setelah ketiga anak korban mulai dewasa, menikah dan bekerja hanya Maria Nona Isa yang tinggal dengan mereka. Jadi sangat wajar bila gadis itu trauma dan kini tertekan kejiwaannya.
Pasca dinyatakan meninggal oleh tim dokter RSSI Pangkalan Bun, jenazah mendiang Yasinta Bura langsung dibawa pulang ke Pangkalan Banteng tepatnya di Desa Marga Mulya untuk disemayamkan, Jumat (17/3) malam. Rencana pemakaman yang akan dilangsungkan Sabtu (18/3) sore terpaksa ditunda karena menunggu dua anak mendiang yang masih dalam perjalanan pulang dari Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Salah satu menantu korban yang bersedia dibincangi koran ini, Andinina menuturkan bahwa setelah berunding dengan keluarga besar mereka, pemakaman terpaksa diundur untuk memberi kesempatan anak-anak korban yang masih dalam perjalanan pulang.
"Rencananya besok (Minggu) pemakaman mama akan dilakukan. Masih menunggu dua saudara ipar tiba, mereka masih dalam perjalanan," katanya.
Ia juga menuturkan bahwa keluarga juga sepakat bahwa setelah pemakaman, Vius Dame akan dipindahkan penanganannya ke rumah sakit di Banjarmasin. Saat ini korban selamat aksi pembantaian brutal itu masih dirawat intensif di ruang ICU RSSI Pangkalan Bun.
"Nanti melihat kondisi papa dulu, kalau sudah cukup stabil akan kita pindahkan ke Banjarmasin, karena di sini belum ada dokter ahli bedah saraf,"katanya.
Ia juga mengatakan agar masyarakat ikut mendoakan mertuanya yang kini tengah berjuang untuk selamat dari maut.
"Minta bantuan doa agar mertua bisa bertahan dan nanti sembuh akibat musibah ini,"katanya.
Hal serupa juga diungkapkan suami Andi Nina, Rosi. Satu-satunya anak lelaki dikeluarga itu berharap agar masyarakat memaafkan segala kesalahan mendiang ibu dan juga mengharap doa untuk kesembuhan ayahnya.
"Sekarang yang penting ayah saya dapat penanganan yang terbaik, yang pasti keluarga sangat berharap agar ayah bisa selamat dari masa kritisnya," harapnya.
Terkait kasus penganiayaan itu, Rosi masih enggan berkomentar banyak. Menurutnya karena itu ranah pidana maka semua diserahkan kepada aparat kepolisian.
"Saya belum bisa ngomong masalah itu, saya percaya saja dengan Polisi. Mereka yang lebih paham hukum, tentu akan berbuat seadil-adilnya,"terangnya.
Sementara itu, Kepala Desa Marga Mulya, Parlan mengatakan bahwa mengenai isu masalah tanah yang menjadi motif kejadian itu dinilainya kurang benar.
"Isu itu tidak sepenuhnya benar, jadi mohon jangan terlalu dibesar-besarkan. Beliau anggota BPD, tentu kalau masalah tanah maka akan meminta pendapat desa,"katanya.
Terpisah Kapolsek Pangkalan Banteng, Iptu sudarsono mengatakan bahwa anggotanya akan terus memantau kondisi keamanan di wilayah tersebut. Bahkan sejak pagi pasca kejadian sejumlah anak buahnya telah diturunkan untuk berjaga di sekitar lokasi.
"Dari kemarin terus berjaga, instruksinya minimal sampai selesai pemakaman korban,"katanya.
Itu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan mengingat tempat tinggal korban dan pelaku berdekatan.
"Harus aman, makanya kita terus bersiaga," katanya. (***)