SAMPIT – Banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Bukit Santuai berangsur-angsur surut. Berdasarkan informasi dari Camat Bukit Santuai, Waren, sedikitnya ada tiga desa yang sudah benar-benar kering dari banjir; Tumbang Payang, Tumbang Kania, dan Tewai Hara. Aktivitas di desa pun sudah berjalan normal, sebagian warga mulai membersihkan tempat tinggalnya dari dampak banjir.
”Untungnya banjir tidak berlangsung terlalu lama, hanya sekitar 12 jam, lalu berangsur-angsur surut. Yang masih bertahan (dalam kondisi banjir) sekarang hanya desa-desa yang berada di bawah, seperti Desa Tumbang Penyahuan dengan kedalaman sekitar 70 cm, tapi itu pun airnya tidak sampai masuk kedalam rumah, mungkin ada beberapa tapi tidak terlalu parah,” kata Waren ketika dikonfirmasi Radar Sampit, Rabu (17/5).
Dampak dari banjir kali ini pun menurutnya tidak terlalu besar. Memang ada kolam ikan milik warga yang hanyut akibat banjir tapi untuk kerugiannya tidak seberapa. Hewan ternak dan kendaraan milik warga berhasil diamankan ke lokasi yang datarannya lebih tinggi, sehingga terhindar dari banjir.
Warga yang menjadi korban pun tidak banyak, satu orang yang terpeleset dari lantai dua rumahnya ketika mengevakuasi barang-barang, tapi segera ditangani oleh petugas kesehatan setempat bersama tim BPBD yang sebelumnya meninjau ke lokasi. Sementara sisanya hanya ada beberapa yang mengalami pilek dan gatal-gatal akibat banjir, itupun sudah diberikan pengobatan gratis oleh tim BPBD.
”Petugas puskesmas maupun pustu setempat juga telah siap apabila nantinya ada warga yang mengeluh sakit yang disebabkan oleh dampak banjir. Jadi saat ini masih aman,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa banjir seperti ini sebenarnya sangat jarang terjadi di wilayahnya, seperti Desa Tumbang Payang dan Tumbang Tawan. Terakhir terjadi tahun 2008 lalu, hal ini kemungkinan karena adanya fenomena alam atau semacamnya, namun ia pun tidak bisa memastikan hal tersebut. Untungnya banjir tidak bertahan terlalu lama sehingga tidak sampai meresahkan warga sekitar.
Menurutnya pihak kecamatan pun telah berupaya merelokasi warga yang tinggal di pinggiran sungai, di mana lokasi tersebut sangat rawan dilanda banjir. Tapi terbukti hal tersebut memang sangat sulit dilakukan. Lantaran, kehidupan warga sekitar memang kebanyakan bergantung pada sungai.
”Susah, makanya kami hanya bisa memberikan imbauan agar warga meningkatkan kewaspadaan mereka dan mengantisipasi terutama ketika memasuki musim hujan yang dibarengi dengan air pasang. Meski begitu, kami berharap dari pemda untuk bisa menyiapkan tempat tinggal yang lebih representatif bagi warga, di mana datarannya lebih tinggi dan aman dari banjir. Mungkin dengan demikian warga bisa sukarela untuk pindah dari tempat tinggal mereka yang berada di pinggiran sungai,” tuturnya. (vit/dwi)