PANGKALAN BUN - Pernyataan Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Syaifudin yang ingin melakukan pengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler kerohanian islam (rohis) di sekolah membuat resah masyarakat. Keresahan terutama dialami oleh para orang tua yang khawatir anak mereka tidak aman ketika mengikuti kegiatan keagamaan karena bisa dianggap berperilaku radikal.
Anggota Komisi A DPRD Kobar yang membidangi pendidikan Madiwar menegaskan, masyarakat terutama para orang tua tidak perlu takut ataupun khawatir dengan kegiatan kerohanian islam (rohis) yang diikuti oleh anak-anak mereka. Kegiatan rohis justru membuat anak-anak berperilaku lebih baik. Rohis meningkatkan pemahaman anak tentang agama mereka.
“Tidak perlu khawatir, justru lebih baik orang tua mendukung kegiatan anak mereka di rohis,” ujarnya, Selasa (11/7) siang.
Keberadaan rohis di sekolah cukup berjasa dalam membentuk karakter anak. Pasalnya, anak-anak mendapatkan pendidikan agama yang tidak bisa didapat dalam kurikulum pendidikan.
”Bila di pelajaran agama yang regular tidak dapat pendidikan agama yang mendalam, di rohis ini mereka bisa peroleh. Itu kan bagus, jadi orang tua tidak perlu takut,” katanya.
Madiwar juga tidak menampik bahwa salah satu penyebab keresahan para orang tua itu karena munculnya kabar keinginan Menteri Agama yang akan melakukan pengawasan terhadap kegiatan rohis di sekolah-sekolah.
”Bisa jadi karena itu, dan secara pribadi saya ikut menyesalkan pernyataan tersebut. Memang sudah ada klarifikasi, namun masyarakat sudah terlanjur resah dan akibat susulannya rohis menjadi terstigma dalam tanda kutip dianggap tidak baik lantaran adanya kata-kata mengawasi itu,” terangnya.
Ia mengungkapkan, kurikulum pendidikan agama yang ada di sekolah-sekolah umum saat ini masih kurang. Dan hal itu telah tertutupi dengan adanya rohis.
”Seharusnya rohis itu diperkuat, kalaupun ingin memantau seharusnya pihak Kementerian Agama bisa berlaku bijak. Misalnya dengan membina mereka (rohis) secara langsung, mendatangkan ustaz yang bisa memberikan pemahaman tentang agama yang lebih baik,” harapnya.
Tindakan pengawasan saat ini identis dengan upaya represif. Dan hal tersebut sangat tidak baik dalam iklim demokrasi dan juga kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini.
”Yang perlu diawasi itu ya anak-anak yang suka tawuran, mabuk miras dan juga mereka yang berperilaku tidak selayaknya sebagai seorang pelajar,” tegasnya. (sla/yit)