SAMPIT – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) menargetkan pada 2018 mendatang Kota Sampit terbebas dari genangan air. Karena itu, pengerukan Sungai Pemuatan dan drainase dalam Kota Sampit terus dikebut.
”Sampai hari ini (kemarin, Red) pengerukan parit berlangsung di Jalan Kapten Mulyono, Pelita, Pangeran Antasari. Yang agak sulit dan perlu waktu, ketika sampai di perempatan lampu merah Jalan HM Arsyad-MT Haryono, saluran air di bawah aspal risikonya besar sekali. Ketika itu selesai dikerjakan, maka di RSUD dr Murjani Sampit akan bebas dari genangan air,” kata Kasi Penyehatan Lingkungan dan Pengawasan Dinas PUPR Kotim Mochammad Djunaidi, Senin (17/7).
Selain itu, pengerukan menggunakan alat berat juga berlangsung di Sungai Pemuatan dan baru terlaksana hingga Kampung Pelalangan, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Sungai dengan lebar sekitar 5 meter tersebut menjadi kunci agar air tak lagi membanjiri perkampungan warga.
”Tenaga dan alat terbagi. Jadi, pekerjaan tidak hanya fokus satu tempat saja. Dengan segala upaya dilakukan sebaik dan secepat mungkin. Untungnya, ada kerja sama dari masyarakat yang tidak keberatan setelah kami sampaikan maksud dan tujuan pengerukan ini, karena ada jamban dan lanting warga yang terpaksa dibongkar,” jelasnya.
Dia menambahkan, sekitar satu kilometer pengerukan Sungai Pemuatan berjalan dan masih sekitar satu kilometer lagi harus dikerjakan. Namun, kali ini sedikit berbeda, tumpukan sampah yang harus diangkut dari sepanjang 800 meter lebih memakan waktu lama.
”Dari belakang Citimall sampai Pelalangan itu masih bisa dikerjakan dengan alat berat saja dan tidak ada kendala. Dari sini (Pelalangan) yang mengerah ke Sungai Mentaya agak sulit, karena sampah begitu banyak dan akan memakan waktu lama,” jelasnya.
Selain itu, dia menambahkan, perlu perencanaan matang sebelum pekerjaan dilanjutkan, sehingga ke depan tidak salah dalam bekerja. Pasalnya, pengerukan di sungai yang sudah mengalami pendangkalan oleh tumpukan sampah selama puluhan tahun tak mudah.
”Perkiraan sementara ini, nantinya hanya bisa dikerjakan secara manual. Karena di bantaran sungai juga terdapat permukiman padat penduduk. Alat berat tidak bisa masuk. Walaupun begitu, pekerjaan tetap dilakukan pelan-pelan,” tandasnya. (mir/ign)