SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Selasa, 08 Agustus 2017 15:46
WASPADA!!! Ancaman Satwa Liar Masuk Permukiman
TERANCAM: Memasuki musim kemarau dan warga diminta waspada terhadap potensi gangguan dari satwa liar. (DOK. RADAR SAMPIT)

Sampit – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Sampit mengimbau seluruh masyarakat untuk berhati-hati terhadap satwa liar yang sering masuk ke area permukiman dan perkebunan selama musim kemarau. Terlebih bagi warga yang bertempat tinggal di dekat hutan atau kebun.

”Sudah sering ada laporan, satwa liar yang keluar dari habitat asal mereka yakni hutan dan mencari makan di sekitar hutan yang biasanya merupakan area perkebunan milik warga. Apalagi sekarang hutan tidak luas lagi,” kata Muriansyah, Komandan BKSDA Pos Sampit, Senin (7/8).

Selama musim kemarau, kasus satwa liar masuk ke permukiman dan perkebunan meningkat. Hal ini dikarenakan sumber makan dan minum di habitat alaminya menipis. Satwa yang sering masuk ke permukiman dan perkebunan adalah orangutan, beruang madu, dan uwa-uwa.

Warga yang kesal akibat kebunnya dirusak sering mengambil tindakan sendiri dan memburu satwa tersebut, bahkan ada yang sampai membunuh satwa.

”Sebenarnya wajar kalau warga marah, pasti mereka jengkel dan merasa dirugikan. Misalnya pada kebun sawit dalam satu hari ada 10 bibit yang dirusak, sedangkan sekarang satu bibit saja harganya Rp 40 ribu – Rp 50 ribu, kan lumayan kerugiannya, besok ditanam, dirusak lagi,” ujarnya.

Kendati demikian, Muri tidak membenarkan tindakan warga yang memburu, melukai, bahkan sampai membunuh satwa dilindungi. Warga yang melakukan hal tersebut bisa dihukum sesuai peraturan Undang-Undang No.5 Tahun 1990 pasal 21 dengan ancaman hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta.

Oleh sebab itu, bagi warga yang menemukan adanya satwa yang masuk ke area permukiman atau perkebunan disarankan untuk segera melapor ke pihak berwenang, dalam hal ini BKSDA.

”Sekarang ini kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan satwa-satwa tersebut, didorong keinginan untuk bertahan hidup mereka nekat masuk ke area permukiman atau perkebunan. Sementara habitat asal mereka tidak luas lagi, hanya tinggal spot-spot kecil yang hanya beberapa hektar, akibat kebakaran hutan dan peralihan fungsi hutan menjadi perusahaan perkebunan atau permukiman,” tandasnya. (vit/yit)


BACA JUGA


Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers