KASONGAN - Banjir yang menerjang Desa Tumbang Baraoi Kecamatan Petak Malai beberapa waktu lalu membuat sejumlah sekolah rusak.
Anggota DPRD Katingan Yanel mengatakan, kerusakan diketahui saat dirinya melakukan reses di desa tersebut. Banjir membuat tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) satu atap dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tumbang Baroi Kecamatan Petak Malai benar-benar tenggelam.
"Akibatnya semua sarana dan prasarana di dua sekolah tersebut ikut basah dan terendam air selama puluhan jam. Sehingga, diperkirakan banyak buku dan peralatan elektronik yang rusak," ungkap politisi Partai Gerindra, Selasa (5/9).
Banjir yang menerjang Tumbang Baraoi dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Petak Malai merupakan yang terbesar sepanjang sejarahnya. Ketinggian luapan air Sungai Samba saat itu, ujarnya, mencapai 2,5 meter dari lantai ruang kelas tersebut.
"Sedangkan peralatan yang ikut tenggelam di dua sekolah tersebut, yakni buku pelajaran, juga komputer dan peralatan elektronik lain," sebut Yanel.
Oleh sebab itu, dirinya meminta Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah maupun dan Dinas Pendidikan Katingan agar melakukan peninjauan dan sekaligus melakukan pendataan terhadap peralatan sekolah yang menjadi korban banjir.
"Kalau memang ada yang rusak agar secepatnya diganti dengan peralatan yang baru. Hal ini demi tetap lancarnya proses belajar-mengajar di dua sekolah tersebut. Karena saat ini SMA merupakan wewenangnya pihak provinsi," pintanya.
Saat banjir besar di Tumbang Baroi, dia bersama sejumlah wakil rakyat lainnya kebetulan sedang berada di lokasi. Mereka menyaksikan langsung terjangan banjir tersebut.
"Pada saat kami melakukan reses di desa tersebut, secara kebetulan waktunya bersamaan dengan datangnya musibah banjir di Desa Tumbang Baroi ini. Total kami terjebak selama enam hari, karena akses jalan putus total," jelasnya.
Menurutnya, debit air tiba-tiba meninggi dengan cepat saat malam hari. Padahal, sore sebelumnya rombongan menyempatkan diri memantau jembatan (titian) dari kayu yang dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan Dana Desa (DD).
"Kejadiannya itu sejak malam hari, praktis peralatan sekolah tidak bisa diselamatkan sehingga tidak sempat mengemasi barang-barang dan peralatan di sekolahnya masing-masing," pungkasnya. (agg/yit)