Tergolong tumbuhan semak nan liar. Ternyata, kalakai tidak hanya dapat dikonsumsi, namun juga dapat menjadi pestisida alami. Hama seperti serangga, belalang dan ulat pun enggan merusak tanaman.
USAY NOR RAHMAD, Sampit
TUMBUHAN ini termasuk jenis pakis atau tumbuhan paku. Sangat mudah ditemukan di Kalimantan, khususnya di Kotawaringin Timur.
Tumbuhan bernama latin Stenochlaena palustris ini sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat tumbuh di mana saja. Di batang pohon, lahan kering, atau kayu yang lapuk. Namun, biasanya akan tumbuh subur di lahan gambut.
Kalakai biasanya ada dua jenis, yakni berwarna merah dan hijau. Memiliki akar serabut, tangkainya panjang dengan daun saling berhadapan. Biasanya, daun yang masih muda berwarna merah dan berlendir pada tangkainya. Nah, yang muda inilah biasanya dijadikan masyarakat lokal untuk dikonsumsi sebagai sayur.
Kegunaan tumbuhan ini ternyata tidak hanya nikmat dikonsumsi. Namun, juga dapat menjadi bahan pestisida alami yang ampuh mencegah serangga merusak tanaman.
Pelajar dari SMA Negeri 2 Sampit berhasil membuktikan penemuan tersebut. Hasil penelitian ini mereka presentasikan saat pembukaan hari jadi ke-34 SMA tersebut, Sabtu (7/10).
”Setelah mereka teliti, ternyata kalakai ini mengandung felicin yaitu zat anti serangga,” jelas Anwar Mutaqin, guru pendamping karya ilmiah SMA Negeri 2 Sampit.
Bagaimana mengolah kalakai menjadi pestisida organik? Ternyata masih ada peran komponen lain, di antaranya air kelapa tua dan ekstrak serbuk gambir. Hasil pencampuran serbuk kalakai, ekstrak gambir, dan air kelapa inilah yang akan menjadi pestisida itu.
Percobaan mereka dilakukan terhadap tanaman bayam dan kangkung yang biasa diserang hama serangga. Terbukti serangga enggan merusak daun dan batang dari tanaman tersebut. Hebatnya lagi, pestisida organik yang disemprotkan tidak berbahaya bagi manusia, sehingga bayam dan kangkung yang telah disemprot dengan cairan pestisida dari kalakai tetap aman dikonsumsi.
Hasil penelitian ini sedang berjuang mengikuti lomba karya tulis ilmiah dalam Festival Of Agroindustry 2017 Institut Pertanian Bogor. Saat ini, sudah memasuki tujuh besar, dan masih berjuang untuk menjadi yang terbaik. (***/ign)