SAMPIT – Menandai dimulainya proses pembiasaan dan penumbuhkembangan budaya baca tulis kalangan siswa-siswi, SMP Katolik St Albertus Sampit melaksanakan launching literasi. Literasi merupakan denyut nadinya Kurikulum 2013 yang sekarang ini dijalankan satuan pendidikan.
Launching literasi dengan tema "Buku Jendela Dunia" dihadiri Kepala Disdik Kotim Bima Ekawardhana didampingi Kabid Pembinaan SMP M Irfansyah, Kasi Peserta Didik dan Pengembangan Karakter SMP I Gede Sukadana dan pengawas SMP, Jaelani.
Kepala Disdik Kotim Bima Ekawardhana menuturkan, secara harafiah literasi dapat diartikan "keberaksaan", yaitu kemampuan membaca dan menulis. Budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan pembiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya akan menciptakan sebuah karya.
”Gerakan literasi tidak akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta berbagai pihak seperti komite sekolah, orangtua siswa, dan seluruh warga sekolah," ucapnya pada saat memberikan sambutan, Jumat (27/10) pagi.
Kepala SMP Katolik St Albertus Sampit FX Supardi, SS juga menjelaskan, program literasi selain sebagai denyut nadi K13 juga telah tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang literasi.
Fx. Supardi menuturkan, setelah membaca dan mempelajari tentang Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tersebut, disimpulkan bahwa gerakan literasi adalah suatu keharusan. Jika sekolah mau menjalankan K13, maka program atau gerakan literasi harus ada di dalamnya.
Selain itu, Supardi juga memberikan informasi kepada Kadis, bahwa SMP Katolik St Albertus Sampit yang berada di bawah Yayasan Siswarta Cabang Sampit dengan Pastor Gregorius Samsudin MSF sebagai ketua, sudah meluluskan sekitar 4.739 siswa sejak 1968. Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2017/2018 ini adalah 348 siswa terbagi 3 kelas 11 rombongan belajar. Sedangkan status akreditasi 'A' atau Amat Baik.
Wakasek Kurikulum IG Horas, SPd, MM menambahkan, siswa di 11 rombongan belajar itu menjalankan literasi selama 15 menit dengan membaca di ruangan kelas sebelum menerima pelajaran inti dari guru.
”Jumlah buku masih kurang dan nanti kami akan kerja sama dengan para alumni untuk menambah buku. Ke depannya, siswa tidak hanya membaca buku di dalam ruangan kelas, bisa juga di luar kelas didampingi guru," pungkasnya. (fin/soc)