PALANGKA RAYA – Permintaan masyarakat terhadap sejumlah komoditas bahan pokok, dipastikan akan mengalami peningkatan drastis menjelang perayaan natal dan pergantian tahun. Tak jarang, ketersediaan kebutuhan pokok di pasaran tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di saat-saat tersebut. Hal ini tentu akan menyebabkan kelangkaan barang, dan menyebabkan lonjakan harga yang sulit terkendali.
Menyikapi hal ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) bakal membuka pasar penyeimbang di beberapa titik. Keberadaan pasar ini nanti dinilai efektif dan mampu menekan permainan harga pasar sekaligus menstabilkan harga bahan pokok di pasaran.
”Tetap ada (pasar penyeimbang, Red) seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena kita tidak bisa pungkiri permintaan masyarakat akan meningkat saat menjelang natal dan tahun baru. Maka perlu diantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan barang di pasaran,” ujar Kepala Disperindag Provinsi Kalteng, Katma F Dirun.
Dijelaskannya, selain sembilan kebutuhan pokok, ada empat komoditas yang diprioritaskan tersedia di pasar penyeimbang ini. Ketiganya, yakni minyak goreng, beras, gula dan bawang merah. Dikatakannya, empat komoditas tersebut paling banyak dicari saat hari besar keagamaan.
”Kalau cuma pantauan pasar saja tidak cukup. Pantauan kan sebatas mengetahui harga dan stok barang di pasaran saja. Sedangkan pasar penyeimbang, bisa membantu masyarakat mencari kebutuhan mereka,” ucapnya.
Selain memberi alternatif, menurut Katma pasar menyeimbang bisa dijadikan sebagai kontrol harga, hingga menekan aksi kenaikan harga pasar yang sebenarnya tidak perlu, karena stok barang dalam keadaan cukup. Biasanya hal ini terjadi karena permintaan pasar cukup tinggi ditambah masyarakat yang cenderung membeli dalam jumlah besar.
Ditambahkannya, meski kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti budaya pada saat hari besar keagamaan, namun tidak diajurkan para pedagang memanfaatkan momen tersebut guna mengambil keuntungan dengan cara tidak wajar.
”Kalau berbicara mengenai harga barang, tidak dapat diprediksi karena akan selalu berubah-ubah. Maka dari itu, yang dilakukan hanyalah berupa antisipasi, supaya tidak menyebabkan kenaikan secara signifikan,” pungkas Katma. (sho/gus)