PALANGKA RAYA - Gelaran Karya 2018 yang memamerkan produk unggulan Kalteng menuai bebrapa masalah dalam penyelenggaraannya, salah satunya adalah masalah parkir liar yang dirasa warga, tarif yang dimintanya di luar kewajaran.
Beberapa informasi yang diperoleh dari berbagai media sosial, masyarakat menyayangkan penyelenggara yang kurang memperhatikan kenyamanan masyarakat untuk datang memeriahkan pergelaran karya produk unggulan Kalteng tersebut.
Dilansir dari salah satu akun Facebook (FB) atas nama Debi Pesolima, ia merasa kecewa dengan adanya pungutan yang kurang jelas maksudnya. Pasalnya saat setibanya di pameran dirinya sudah dihadang oleh beberapa orang yang memberikan tiket masuk dan membayar.
“Setahu saya masuk pameran itu tidak bayar, saat pertama masuk sudah dihadang orang dengan memberikan tiket dengan nominal, kemudian saya bayarlah disitu, setelah masuk dan diarahkan ke lokasi parkiran, saya dimintai lagi untuk bayar parkir dengan nominal Rp 10.000, kita bukan masalah tidak mau bayar atau gimana namun yang pasti harus jelas peruntukannya,” ucapnya di FB, Minggu (11/3) malam.
Dalam cuitannya disalah satu groub media sosial (medso) tersebut muncul berbagai komentar lainnya, seperti cuitan Hazim Hashshad Husain, berkomentar, mengarapkan tindakan instansi terkait untuk bertindak lebih dulu, jangan bertindak setelah ada korban.
“Kalau memang parkir liar, “Bersihkan ja”. Supaya tidak terulang terus kasus parkir liar, karena banyak sekali tumbuh parkir liar di Kota Palangka Raya ini, kita juga minta pemerintah bertidak jangna bertindak setelah ada korban,” komentarnya.
Bakan adan akun atas nama, Ibonk Raban, yang mempertanyakan tindakan pihak kepolisian, untuk memberantas pungli yang mengatasnamakan parkir. “Polres Palangka Raya, Mana nih tindakannya terhdap preman yang melakukan pungli di pameran,” cuitannya.
Bahkan ada salah satu akun atas nama, Ty yang mengatakan bahwa dirinya merasa kapok untuk parkir di area pameran, dimana para tukang parkir hanya meminta bayaran tanpa memberikan kenyamanan dan tanggung jawab.
“Kapok mah parkir di Tilung kalau ada acara, tukang parkirnya seenaknya aja ngambil tarif, motor parkir sendiri, nambil juga sendiri, ada yang ilang juga gak tanggung jawab,” cetusnya dalam cuitannya dikolom komentar.
Mas Didi, yang ikut berkomentar juga mengharapkan, adanya evaluasi dari penyelenggara dan juga dinas terkait, sehingga kedepan saat adanya kegiatan serupa, tidak lagi terulang hal yang tidak nyaman bagi masyarakat banyak.
“Sebagai penikmat pameran dan penggemar kayra seni, saya berharap ada evaluasi, termasuk ketua dan penanggung jawab, sebab kalau gk salah itu dibawah naungan dinas,” harapannya dalam komentarnya.
Dilain komentar, Dick Ranggati, berharap keada pemerintah kota untuk bertindak, sebab tarif parkir sudah tercantum dan diatur oleh perda, sebab apabila seprti ini terus menerus maka masyarakat enggan untuk ke pameran.
“Pemerintah kota bertindak dong, ini kan acara untuk masyarakat juga. Kok bisa-bisanyaa tagihan parkir sampai 10 ribu, itu namanya pemalakaan. Karena mobil paling mahaal Rp 5000, itupun jika dihitung perjam mungkin hanya naik Rp 3.000 dan itu parkir resmi bukan parkir liar. Kalau sama-sama cari nafkah yang bener dong. Masa kita niat cari hiburan malah dibuat kesal, kalau seperti ini masyarakat engga datang ke acara semacam itu,” katanya.
Inilah beberapa cibiran dan komentar masyarakat terkait tarif parkir liar yang cukup memberatkan masyarakat dalam acara Gelar Kayra 2018 produk unggulan yang dilaksanakan di area lapangan terbuka Temanggung Tilung Palangka Raya. (rm-86/vin)