PALANGKA RAYA- Hutan adalah paru-paru dunia. Air merupakan sumber kehidupan. Hal tersebut senada dengan pelaksanaan Peringatan Hari Besar Lingkungan Hidup (PHBLH) oleh Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palangka Raya berkenaan dengan Hari Hutan Air Sedunia di Bulan Maret setiap tahunnya.
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan UMP Novrianti mengatakan, tahun ini kegiatan Hari Hutan dan Air Sedunia dilaksanakan di SMAN 8 Palangka Raya. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Program Studi Teknik Lingkungan seiring dengan Program Universitas Muhammadiyah Palangka Raya sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan ”The Green Islamic Campus”.
"Konsep “The Green Islamic Campus” bertujuan agar generasi muda yang menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya dapat menjadi vioner penggebrak dalam bidang lingkungan atau meningkatkan kepedulian civitas akademik terhadap lingkungan,” ucapnya melalui rilis, Senin (19/3).
Apalagi, imbuhnya, saat ini santer terdengar issu lingkungan terkait dengan Climate Change dan Global Warming yang merugikan makhluk hidup misalnya manusia beserta aktivitasnya.
Beberapa media dan hasil riset menyebutkan bahwa laju perubahan iklim yang terjadi diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas manusia di berbagai macam sektoral, misalnya seperti sektor perkebunan, peternakan, pertanian dan industri. Merasakan permasalahan lingkungan yang terjadi di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya terutama kondisi hutan dan air di Kalimantan Tengah yang semakin memprihatinkan. Oleh karena itu, kegiatan Peduli Hutan dan Air perlu terus digalakkan untuk meningkatkan rasa cinta pada lingkungan.
Mengingat pentingnya peran Hutan dan Air bagi kehidupan. Maka manusia sebagai bagian dari lingkungan yang memanfaatkan jasa dari lingkungan seperti hutan dan air, seharusnya sadar dan bijak dalam mengelola hutan dan air dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Memang benar, untuk menghilangkan dampak negatif dari kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup manusia tidak dapat dihilangkan, akan tetapi hanya dapat meminimalisir risiko dampak terhadap lingkungan. Sehingga lingkungan yang kondusif dan diinginkan manusia tetap terjaga kelestariannya.
Fenomena perubahan iklim dan perubahan kondisi lingkungan mengaharuskan manusia lebih cinta terhadap lingkungan, baik lingkungan hutan dan lingkungan air.
"enomena perubahan iklim menyebabkan meningkatnya suhu bumi, udara di Kota Palangka Raya sudah panas menjadi semakin panas karena perubahan iklim tersebut," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 8 Palangka Raya Muhammad Rifani mengatakan, permasalahan lain yang dirasakan oleh Kepala Sekolah SMAN 8 Palangka Raya adalah terendamnya jalur akses ke sekolah selama tiga tahun belakangan ini, sehingga mengganggu aktivitas belajar mengajar di SMAN 8 Palangka Raya.
"Permasalahan lingkungan menjadi momok yang menakutkan karena kurang sadarnya tentang arti penting lingkungan bagi kehidupan. Terutama air dan hutan. Jangan sampai kejadian kabut asap di tahun 2015 terulang kembali, jangan sampai masyarakat dan anak cucu kita haus untuk meminum air bersih karena disebabkan kekurangan air bersih. Mari kita jaga lingkungan hidup kita untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang," tandasnya. (arj/vin)