PALANGKA RAYA – Sektor kehutanan di Kalimantan Tengah (Kalteng) bisa saja menjadi andalan, bahkan tanpa merusak hutan itu sendiri. Untuk itu, kedepan diharapkan sektor yang satu ini tidak hanya mengandalkan hasil kayu sebagai penghasilan, namun dari jasa lingkungan, karbon, ekowisata serta dari sektor kehutanan lainnya.
Dengan segala kebijakan yang diambil, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalteng, Sri Suwanto mengharapkan pemasukan sektor kehutanan dari provinsi berpengaruh besar terhadap devisa negara, bahkan kalau bisa menjadi nomor satu.
“Negara seperti Finlandia, menjadikan sektor kehutanan sebagai andalan dan mampu memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat, dengan tetap tidak merusak hutan. Jadi kedepan arah kebijakan lebih menekankan pemanfaatan hutan,” kata Sri Suwanto saat Hari Bakti ke-35 Rimbawan, Selasa (20/3).
Dikatakannya, saat ini sudah ada program berupa Perhutanan Sosial dan Hutan Kemasyarakatan. Dari program tersebut, masyarakat diberi akses ikut mengelola hutan di wilayahnya masing-masing. Dengan langkah ini, lanjutnya, potensi kehutanan akan lebih tergali, terutama memberikan dampak peningkatan ekonomi.
Melibatkan masyarakat dikarenakan membangun hutan tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan harus bekerja sama dengan masyarakat, untuk saling memperkuat. Semunya akan berjalan optimal apabila seluruh pihak mau memanfaatkan dan mengelola hutan dengan baik.
“Biarpun kita memberikan ruang pada masyarakat untuk mengelola, bukan berarti Dishut diam saja. Intinya, akan ada penyuluhan untuk memberikan pelatihan bagaimana tata cara pengelolaan hutan,” ucapnya.
Ia mengakui, melaksanakan semua ini bukan tanpa tantangan. Masalah sumber daya manusia (SDM) yang kadang kala masih kurang, menjadi salah satu masalah yang kerap dihadapi. Semua Kuasa Pengelola Hutan (KPH) sudah berulangkali diingatkan untuk bisa berinovasi dalam mendukung pengelolaan hutan.
Tak hanya soal SDM, kesalahan memanfaatkan hutan yang berujung kerusakan juga menjadi perhatian. Mengatasi persoalan ini, pihaknya sudah berupaya merangkul masyarakat yang dulu salah dalam memanfaatkan hutan, untuk diarahkan pada pengelolaan yang baik.
“Yang merusak itu kami datangi, kami rangkul. Lalu dikasih akses bagaimana pengelolaannya yang baik dengan melalui penyuluhan. Dasarnya bertujuan agar sektor kehutanan bisa lebih tergali,” bebernya. (sho/fm)