PALANGKA RAYA – Sebanyak 144 pucuk senjata ilegal dan rakitan, terdiri empat unit laras pendek dan 140 laras panjang. Hasil penyerahan masyarakat kepada TNI sejak bulan Januari hingga April 2018 kepada jajaran Korem 102 /Pjg dihancurkan, Rabu (2/5). Rata-rata senjata api (Senpi) itu digunakan masyarakat untuk berburu dan menjaga diri.
Dari semua senjata api itu, paling banyak ditemukan oleh Sertu Yanto dari Kodim 1014 /Pbn di Pangkalan Bun sebanyak 28 pucuk, Sertu Heriya Muntaha Kodim 1015/Spt ada 22 pucuk dan Kapten Suradi dari Kodim 1016 /Plk 16 pucuk.
Pemusnahan dilakukan dengan cara dipotong dan langsung dipimpin Danrem 102/Panju Panjung Kolonel Arm M. Naudi Nurdika dan perwakilan pihak kepolisian serta tokoh adat Kalteng. Tujuan melaksanakan pencarian senjata api ilegal dan rakitan di seluruh wilayah dalam rangka deteksi dini dan mencegah dini gangguan dan menjaga stabilitas keamanan wilayah tetap kondusif.
“Seluruh senpi itu didpat berkat kerjasama Babinsa, Babinkamtibmas dan tokoh adat,” kata Naudi didampingi IrwasdaPolda Kalteng Kombes Pol Beno Jesaja Louhenapessy.
Itu juga, imbuhnya, hasil komunikasidengan masyarakat dan tidak ada dengan cara paksa menyerahkan senjata api tersebut.
“Mereka dengan kesadaran dan saya yakin masih banyak lagi senpi di masyarakat. Langkah ini juga termasuk komitmen dari kepolisian karena ini senjata dilarang dan ada undang-undangnya ancamanya pun sampai hukuman mati,” ujarnya.
Naudi mengatakan TNI membantu kepolisian untuk terus menciptakan kondisi kamtibmas, karena dibayangkan senjata api itu digunakan oleh yang tidak bertangungjawab bisa sangat membahayakan. Baik itu mengganggu keamanan dan ketertiban, termasuk diantisipasi menjadi senjata dalam melakukan tindakan kriminal.
”Senjata api yang dimusnahkan itu rata-rata masih bisa dipakai, kalau disalahgunakan bisa berbahaya. Dan kebanyakan dari senjata itu masih bisa digunakan. Paling banyak Pangkalan Bun dan dan Sampit , sebenarnya masih banyak di luar sana, hanya saja mereka takut menyerahkan padahal silakan menyerahkan dari pada nanti ditangkap dalam kepemilikan senpi,” tegas Naudi.
Naudi membeberkan dari seluruh senpi itu, kebanyakan digunakan untuk berburu dan menjaga diri.
”Ada beberapa kasus di Kalbar dan Kalteng bunuh diri karena senjata api tersebut dan saat berburu kena tembak sehingga hal itu harus dihindari,” ujarnya.
Ia menambahkan sampai saat ini pihaknya masih mengindikasi bahwa pembuatan senpi masih skala rumahan dan tidak diketahui apakah ada produksi massal yang ada di Kalteng.
”Masih perindividu pembuatannya rumahan dan belum diketahui kalau diprodusi banyak,” pungkasnya.(daq/vin)