PALANGKA RAYA - Gubernur Kalteng Sugianto Sabran secara resmi membuka Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2018 di Kabupaten Kapuas. Sebanyak 20 cabang diperlombakan dengan diikuti 1.639 peserta yang akan memperebutkan piala bergilir Gubernur Kalteng.
Kegiatan pembukaan yang dipusatkan di depan rumah jabatan Bupati Kapuas tersebut dihadiri sejumlah kepala daerah, SOPD dan DPRD. Acara pembukaan tersebut disertai dengan penyerahan tropi bergilir Gubernur Kalteng dari juara umum FBIM 2017 lalu, Murung Raya kepada Gubernur Kalteng Sugianto Sabran.
Kemudian diserahkan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng Guntur Talajan.
"Kita berharap perlombaan berjalan lancar aman dan tertib. Kemudian juri perlombaan profesional dalam melakukan penjurian," kata Gubernur Kalteng, Sugianto Sabran.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng, Guntur Talajan mengatakan, festival yang rutin diselenggaran oleh Pemprov Kalteng tersebut diikuti sekitar 1.639 orang dengan 20 cabang perlombaan.
Adapun cabang lomba tersebut ialah Pawai Budaya, Pemilihan Putra/Putri Pariwisata, Tarian Daerah, Karungut, Mangenta, Malamang, Panginan Tradisional, Mangaruhi, Maneweng Kayu, Sepak Sawut, Jukung Parahu Hias, Besei Kambe, Jukung Tradisional, Balugu, Habayang, Menyipet, Lahu Daerah, Lawang Sakepeng, Seni Ukir Patung, dan Ukir Ornamen Talawang.
Guntur menjelaskan semua sudah berjalan dan hari ini (kemarin) lomba Maneweng, Manetek dan Manyila Kayu. Cabang lomba ini diikuti oleh 9 Kabupaten se-Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Katingan, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Sukamara. Tiap-tiap pemerintah (kabupaten/kota se kalimantan tengah) mengirimkan hanya satu regu saja (pria) yang beranggotakan tiga orang.
“Peserta memperagakan salah satu bentuk dari pada pengusahaan hutan secara tradisional di kalangan masyarakat Dayak dengan mengunakan Beliung sekaligus memberikan tontonan yang menarik," tegasnya.
Maneweng, Manetek dan Manyila Kayu memuat pesan lestari hutan sebagai bagian dari pada upaya menumbuh dan mengembangkan kesadaran akan arti penting kesadaran lestari hutan ditengah-tengah kehidupan manusia.
Alat dan perlengkapan (beliung, keba, rambat, pisau ambang batangking) disediakan oleh peserta, sedangkan bahan baku (kayu) disediakan oleh panitia Kegiatan terdiri dari; maneweng (menebang); manetek (memotong) dan menyila (membelah). Kriteria penilaian yaitu dari segi kerapian pakaian, kelengkapan peralatan, kerapian menebang, ketepatan rebah pohon, kerapian memotong, kerapian membelah, kerapian menyusun belahan, dan waktu.
Masing-masing peserta memperhatikan unsur keselamatan seperti jarak dengan peserta lain. Maneweng, Manetek dan Manyila Kayu mendapatkan dua potongan dan masing-masing potongan dibelah menjadi 8 bagian, hasilnya menjadi 16 belahan/bagian, waktu 16 menit termasuk persiapan.
“Posisi pemotong tidak boleh bolak balik /berubah posisi arah tebangan dengan kertas yang ditetapkan lebih dahulu oleh peserta dan dewan juri," tandasnya. (arj/fm)