BERAWAL dari keinginan untuk meningkatkan perekonomian keluarga, sekelompok ibu di Palangka Raya melakukan inovasi terhadap buah beracun, rasau. Buah tersebut diolah menjadi makanan yang menggoda selera, dodol.
AGUS FATARONI/RADAR PALANGKA
Buah rasau atau yang biasa disebut cepedak danau tidak asing lagi di telinga masyarakat Kalteng. Tumbuhan yang biasa hidup di daerah perairan atau danau tersebut sebenarnya beracun dan berbahaya bila dikonsumsi langsung oleh manusia.
Namun, di tangan terampil Komunitas Rasau Oetentik Sebangau (Rose), buah beracun itu bisa dinikmati. Bahkan siap menjadi oleh-oleh khas Kota Palangka Raya.
Pembina kelompok Rahmawati Syukran mengatakan, ide untuk menjadikan buah beracun itu sebagai jajanan, karena begitu banyaknya tanaman rasau di Kelurahan Kereng Bengkirai yang dianggap sebagai tanaman parasit. Padahal, buah itu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
”Masyarakat mengatakan itu memang beracun, tetapi kami jadikan jajanan. Kami berpatokan pada monyet dan orang utan yang terbiasa memakan buah rasau. Apa pun yang dimakan monyet dan orang utan, biasanya juga bisa dikonsumsi manusia. Dari situlah kami mencari celah dan bagian buah mana yang bisa dimanfaatkan,” tuturnya, Kamis (20/12).
Dia lalu menjelaskan proses rasau menjadi jajanan. Buah yang dipetik tidak langsung diproses, namun didiamkan dulu selama 2-3 hari untuk menghilangkan getahnya. Setelah itu, barulah bagian bonggol rasau yang dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan dodol.
”Sudah berbagai produk yang kami hasilkan dari bahan buah rasau ini. Di antaranya stick dan keripik. Namun, yang banyak diminati saat ini adalah dodol,” katanya.
Dodol rasau yang dihasilkan dari tangan terampil binaan Wakil Wali Kota Umi Mastikah itu, telah diusulkan untuk menjadi salah satu kuliner atau jajanan khas Kota Palangka Raya.
”Sampai saat ini belum kami kenalkan ke umum, karena terkendala Izin Pangan Industri Rumah Tangga (IPRT) yang belum ada dari dinas kesehatan. Untuk mendapatkan IPRT harus dilakukan pembuatan secara langsung, baru mendapatkan itu,” katanya.
Setelah tahun baru nanti, pihaknya akan segera mengusulkan pengajuan IPRT, sehingga dodol rasau siap menjadi jajanan khas Kota Palangka Raya.
”Kami belum edarkan secara luas, menunggu IPRT-nya dulu. Pembuatan IPRT ini memerlukan proses yang dilihat langsung Dinkes layak tidaknya,” katanya.
Dia mengharapkan dukungan Pemkot Palangka Raya agar makanan tersebut bisa menjadi makanan khas, karena baru pertama dibuat dan dicetuskan di Kota Cantik. (***/ign)