SAMPIT – Kegiatan optimalisasi pertanian menuju lahan padi organik menggunakan pupuk organik di lima Kecamatan Kotawaringin Timur (Kotim) yang dimulai sejak Desember 2018 lalu, sudah hampir rampung. Kegiatan yang masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini, realisasi fisiknya sudah mencapai 70 persen, dari target 5000 hektare (Ha). Atau yang terealisasi sudah 4.700 hektare, dan saat ini hanya tersisa 300 hektare.
Kepala Dinas Pertanian Kotim, I Made Dikantara mengatakan, hasil monitoring ke lima kecamatan menuju organik, sehari-hari dilakukan oleh penyuluh dari pertanian. Seperti untuk Desa Parebok di wilayah selatan, dari 600 hektare, sudah 500 yang selesai tanam, dan ditarget akhir Januari ini sudah selesai tanam.
Kecamatan lainnya yakni, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Utara, Baamang, dan Kecamatan Kota Besi. ”Mudah-mudahan Kotim bisa berhasil, agar bias menjadi pionir untuk Kalteng” harapnya.
Made juga menyatakan, sejauh ini pihaknya bukan hanya memikirkan produksi atau kuantitas saja, melainkan melihat juga dari sisi kualitas padi, yang harus mapan dan bisa lebih dari sekedar swasembada.
”Sekarang ini kita lebih meningkatkan ke kualitas, terutama dari segi kesehatan ketahanan pangan. Disinyalir usia harapan hidup rakyat di Indonesia, salah satu andilnya adalah dari pangan, yaitu makanan yang kita makan sehari-hari. Sementara harapan hidup di Kotim, masih di bawah 70 tahun,” paparnya.
I Made melanjutkan, menyikapi hal itu pemerintah pusat sampai daerah melaksanakan bagaimana pengamanan kualitas pangan. Kemudian padi sebagai makanan pokok yang di konsumsi sehari-hari dipersiapkan menuju organik, meskipun belum terlalu familiar di tengah-tengah masyarakat. Namun demikian, dirinya yakin bagi mereka yang peduli kesehatan lebih memilih mengkonsumsi organik.
Menurutnya, dengan menyiapkan pangan berkualitas, akan berdampak pada kualitas generasi penerus, agar bisa bersaing dengan generasi di negara lain. Terutama mengamankan pangan pokok, makanan yang dimakan sehari-hari, kemudian sayuran.
Dilanjutkannya, Go Organik 5000 hektare, nantinya akan menuju organik penuh. Artinya lanjut Made, ada hal-hal tertentu yang belum dilaksanakan dalam prosedur menuju padi organik penuh tersebut. ”Tetapi pupuk dan segala macamnya sudah, artinya produk kita juga nanti minim pencemaran,” tambah I Made.
Diakuinya, mewujudkan tanaman sawah organik tersebut juga terkenda dengan kondisi cuaca hujan. Lahan yang banjir karena curah hujan yang cukup tinggi sempat menghambat kegiatan penanaman. Meski begitu, pihaknya terus melakukan penanaman. Selain cuaca tidak ada kendala lain yang berarti, karena pihaknya juga sudah memiliki asuransi pertanian.
”Kemarin sempat kekeringan, bulan November sempat kering, dan saat awal Desember mulai hujan, dan itu menghambat juga, tapi sekarang sudah aman” terang Made.
Lebih lanjut diuraikannya, menuju organik dimulai dari padi dan holtikultura. Sementara sayur-sayuran diakuinya masih dalam skala kecil, seperti di Desa Pelangsian Kecamatan MB Ketapang.
Kepala bidang Sarana Prasarana Dinas Pertanian, Totok Tristijono menambahkan target luas tanam padi di Kotim yakni 21 ribu hektare, untuk yang non organik. ”Sampai saat ini di seluruh kecamatan Kotim sudah 13 ribu hektare. Mudah-mudahan di bulan Februari sudah menanam 21 ribu hektare,” tandasnya. (rm-96/gus)