SAMPIT – Galeri Batik Sampit didirikan oleh Eduardo. Setelah Eduardo meninggal dunia, Galeri Batik Sampit tersebut diteruskan oleh adiknya, Beny dan Akbar. Merekalah yang saat ini mengolah desain batik.
Akbar ingin batik khas Sampit dikenal masyarakat luas. Sistem bisnis Galeri Batik Sampit yang mengusung kebudayaan lokal khas Sampit dan memproduksi kain dari desain dan jumlah terbatas saja. Jaminan original desain dan tidak pasaran selalu diutamakan.
Akbar dan Beny mendesain batik sesuai keinginan konsumen dan jumlah pesanan disesuaikan permintaan mereka, hal ini diutamakan supaya tiap konsumen yang memesan batik mereka tidak sama desain motifnya, sehingga kesan eksklusif akan didapat mereka.
“Kami desainnya itu selalu tidak sama, jadi kami mengutamakan kepuasaan pelanggan, supaya mereka juga bangga bahwa batik mereka original dari kami dan tidak pasaran. Biasanya kita sodorkan minimal 3 sample lalu nanti mereka sendiri yang revisi sesuai permintaan. Untuk kainnya pun juga sesuai permintaan mereka”, ungkap Akbar.
Galeri Batik Sampit pun pemasarannya sudah merambah instansi pemerintahan dan swasta, bahkan kelompok masyarakat dan daerah-daerah di sekitar Kotim serta wilayah lainnya. Saat ini pun pemasaran dan desainnya bisa dilihat dan dipesan lewat media sosial.
“Sejauh ini sudah merambah instansi pemerintahan dan swasta, kaya perkantoran di sini, bank-bank, sekolah-sekolah dan masyarakat misal ibu-ibu PKK dan lainnya. Batik kita juga bisa dipesan lewat instagram. Kadang masyarakat asli Sampit yang kuliah di Jawa juga banyak yang pesan, kaya mahasiswa buat oleh-oleh dosen-dosen mereka begitu”, jelas Akbar.
Untuk batik cetak dipasarkan mulai dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 180 ribu per ukuran 2 meter. Sedangkan untuk jenis batik tulis harganya lebih tinggi dari batik cetak. “Batik cetak sekitar Rp 150 ribu hingga Rp 180 ribu ukuran 2 meter, kalau batik tulis lebih mahal lagi karena prosesnya cukup lama dan gak mudah. Tapi harga juga disesuaikan masing-masing jenis kain yang diinginkan”, papar Akbar.
Namun, Galeri Batik Sampit ini masih terkendala pembuatan batik yang masih harus dicetak di Jawa. Jadi galeri ini masih bekerja sama dengan beberapa pabrik batik di Solo, Jawa Tengah. Karena mereka masih terkendala SDM, segala peralatan cetak, dan lokasi pembuatan, maka di galeri ini hanya menampilkan sample desain dan kain saja.
“Kendalanya sih, pabrik pembuatan kami belum punya sendiri. Kami masih order ke Solo Jawa Tengah. Jadi di sini baru desain saja, nanti yang produksi dari Solo dikirim ke sini. Ya…ongkirnya memang kadang lebih mahal juga, tapi bagaimana lagi di sini memang belum ada pabrik pembuatan batik seperti di Jawa”, ungkap Akbar.
Akbar dan Beny berharap supaya Galeri Batik Sampit suatu saat bisa berkembang lebih maju lagi dan memiliki pabrik pembuatan batik sendiri.
Sepertinya ini juga menjadi salah satu PR Pemerintah daerah Kotim, untuk mewujudkan itu semua, harus dimulai dari sumber daya manusianya terlebih dahulu. Seni menggambar motif batik sebenarnya bisa dimulai dari tingkat sekolah, apabila anak-anak sekolah di Kotim selalu diajarkan seni menggambar batik khas Kotim, nantinya akan selalu muncul bibit-bibit unggul dalam bidang tersebut. Hal ini juga harus didukung pengajar yang ahli dalam bidang tersebut, selain itu event-event lomba melukis batik pun juga harus digalakkan supaya siswa-siswi lebih bersemangat. Sehingga nantinya bila akan mendirikan pabrik pembuatan batik khas Sampit, pemerintah daerah sudah memiliki SDM yang mumpuni dalam bidang desain motif batik khas Sampit, Kotim. (rm-97).