SAMPIT- Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melalui Badang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), masih menetapkan status siaga banjir di seluruh wilayah. Status ini baru akan dievaluasi pada bulan April mendatang, mengingat curah hujan masih tinggi dan merata di bulan Maret ini.
Kepala Bidang Kesiap Siagaan dan Pencegahan (BPBD) Kotim, Punding menjelaskan, saat ini daerah bantaran sungai harus tetap waspada, sebab kapan saja debit air dapat meningkat akibat curah hujan.
”Status siaga banjir masih tetap berlaku sejak Desember 2018 hingga April nanti. Setelah itu baru akan dievaluasi berdasarkan kondisi cuaca,”tegasnya, Rabu (6/3).
Punding meneruskan, selain banjir di daerah bantaran sungai, bencana longsor juga mengancam dapat terjadi di wilayah utara yang memiliki dataran tinggi. Sehingga masyarakat di sana diminta waspada, karena hujan dapat membuat pergeseran tanah.
”Pemasangan patok untuk mengetahui ketinggian air di daerah rawan juga sudah dilakukan. Jika ada peningkatan debit air, Tim Reaksi Cepat (TRC) akan langsung turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan,” ujarnya.
Punding juga mengungkapkan, saat ini memang ada beberapa desa di bantaran sungai yang tergenang banjir, namun tidak begitu parah dan hanya menenggelamkan pelataran rumah. Salah satunya, di Desa Hanjalipan Kecamatan Kota Besi, yang saat ini terus dipantau, sebab air sudah menggenangi beberapa dataran rendah.
Sementara itu terkait ramalan cuaca, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit, mewaspadai bencana hidrometeorologi wilayah Indonesia yang berdampak adanya potensi hujan lebat di wilayah Kalimantan Tengah.
Disampaikan Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit, Nur Setiawan bahwa kewaspadaan terhadap cuaca hujan hendaknya ditingkatkan. Pihaknya mengidentifikasi adanya aktivitas Madden Julian Oscillotion (MJO) di Samudra Hindia. MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudra Hindia) ke timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya. MJO diperkirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia. Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khusunya Indonesia bagian barat dan tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
Dilanjutkannya, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Jawa.
”BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada pada periode awal Maret, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin. Kondisi ini bisa meningkat hingga pertengahan Maret 2019,” pungkas Nur Setiawan.
Kemudian dilanjutkannya, dampak lainnya adalah terjadinya potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter diperairan selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Selat Bali bagian Selatan, Samudera Hindia Barat, Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Samudera Hindia Selatan, Pulau jawa hingga Bali.
Sementara itu, menurut perakiraan cuaca BMKG, untuk hari Kamis (7/3) hari ini di Kabupaten Kotim, pada pagi hari dengan suhu 23°C. Kemudian kondisi cuaca siang hingga malam pukul 19.00WIB berawan. Kemudian pukul 22.00WIB diprakirakan hujan ringan, dan pada dini hari cuaca Kotim berawan.
Nur Setiawan menambahkan, untuk perakiraan pada Jumat (8/2) di Kotim, pada pagi dan siang hari tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Yakni berawan, namun akan terjadi hujan ringan pukul 16.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Kemudian pukul 22.00 WIB kondisi berawan, masuk dini hari 01.00 WIB kembali hujan ringan, sedangkan pada pukul 04.00 WIB berawan dengan suhu 22°C. (dc/rm-96/gus)
.