PALANGKARAYA – Event budaya Maneser Panatu Tatu Hiang (MPTH) ke-3 yang dimaksudkan untuk menjaga keeksotisan budaya lokal dibuka dengan penampilan busana busana etnis daerah serta busana kreasi dengan motif Dayak. Meski diguyur hujan, pembukaannya berlangsung meriah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng Guntur Talajan yang mewakili Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengapresiasi kegiatan tersebut. Acara itu bisa menjadi contoh untuk sanggar yang lain dalam meningkatkan dan mengembangkan kebudayaan lokal Kalteng.
”Melalui event seperti ini, tentunya akan menyediakan sumber daya manusia yang mampu mengembangkan budaya lokal Kalteng ke depannya. Bahkan, dengan event ini juga mampu mengangkat pariwisata dan budaya ke masyarakat lokal maupun luar daerah," katanya, Rabu (1/5).
Penasihat Umum sekaligus pembina sanggar seni dan budaya Riak Renteng Tingang Enny Lukitaning Dyah mengatakan, melalui kegiatan itu diharapkan generasi muda mengetahui sejarah budaya yang selama ini banyak belum diketahui generasi muda.
”Maneser Panatu Tatu Hiang ini tujuannya untuk mengenalkan kepada generasi penerus akan kebudayaan dan sejarah budaya lokal, karena selama ini banyak budaya asli Kalteng yang belum banyak diketahui anak muda saat ini," ujarnya.
Enny menambahkan, dengan tingginya perkembangan zaman, budaya lokal sering kali tertinggalkan dan tidak diminati generasi muda. Pihaknya mengadakan event tersebut untuk mengangkat dan mengembangkan budaya lokal yang mulai ditinggalkan.
”Kegiatan ini memang rutin kami lakukan untuk terus membudayakan budaya lokal. Selain itu, juga sekaligus memperingati hari jadi sanggar Seni Riak Renteng Batarung. Kami tentunya berharap dengan kegiatan ini, generasi muda menyukai budaya lokal dan tertarik mengembangkannya," harapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Sanggar Riak Renteng Hadi Saputra mengatakan, kegiatan tersebut menggali kebudayaan nenek moyang.
”Maksudnya adalah mengenalkan sejarah budaya lokal melalui event ini, supaya budaya yang kita miliki tidak tergerus zaman dan tetap bisa dinikmati anak cucu. Selama ini generasi muda sudah mulai meninggalkan budaya lokal. Setidaknya kita bisa mengimbangi tingginya perkembangan teknologi," tandasnya. (agf/ign)