PALANGKARAYA –Kematian seorang narapidana kasus narkotika Doni Prasatya akibat bunuh diri dengan cara gantung diri di rutan Kelas II Palangkaraya, menyisakan kecemasan tersendiri. Perbuatan mengakhiri hidup dengan menentang takdir itu untuk kesekian kalinya dilakukan warga binaan.
Tercatat , dua tahun belakangan ini sudah tiga nyawa melayang karena bunuh diri di rutan tersebut. Bahkan petugas setempat sudah 5 kali berhasil menggagalkan percobaan bunuh diri.
Menurut Kepala Rutan Klas II A Palangka Raya Ahmad Zaenal Fikri, melalui Kepala Pengamanan Rutan setempat Oktario, persoalan pemicu bunuh diri di kalangan narapidana antara lain ada dua faktor utama. Dicontohkannya seperti mau dicerai istri, bahkan tertekan dengan hukuman yang disandangnya karena terlalu lama.
Berbagai langkah pun telah dilakukan pihak rutan untuk mencegah, berupa mendatangkan psikiater, ibadah bersama, seperti Salat Tarawih, diikutkan pengajian hingga pesantren kilat. Termasuk pelatihan dan diajarkan kesenian.
”Tercatat ada tiga kasus gantung diri selama dua tahun ini sampai menjelang pertengahan 2019, yakni napi narkoba dan penganiyaan. Alasannya beragam, dari persoalan pribadi, keluarga, hingga tertekan saat sidang mau pun pasca vonis,” terang Oktario.
Ia melanjutkan, pihaknya juga berhasil mengagalkan aksi bunuh diri dengan berbagai cara lima narapidana. Baik yang sudah menegak cairan pembersih lantai, hingga yang melakui diri sendiri.
”Kita juga gagalkan bunuh diri, lima narapidana dengan faktor permasalahan pribadi, mau dicerai istri. Ada yang sudah menusuk diri sendiri dan minum pembersih lantai. Tetapi semua diketahui dan langsung dievakuasi hingga berhasil digagalkan,”terang Oktario.
Selain itu dirinya mengakui, masih banyak napi yang imannya sudah tidak kuat, sehingga selalu berfikir mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Baik dengan cara gantung diri, bahkan menyiapkan kabel untuk menyentrumkan tubuhnya ke listrik. ”Macam-macam yang mau bunuh diri, untung bisa digagalkan,” tuturnya.
Diungkapkan Oktario pula, tiga kasus bunuh diri sebelumnya dilakukan secara mendadak, dan pelaku sebelumnya tidak ada berkeluh kesah.
”Biasanya yang tak terditeksi yang bunuh diri itu, dan rata-rata spontan dilakukan napi dan jarang ada yang mengetahui. Nah kalau terdeteksi, bisa diantisipasi dengan cara menyampaikan pendapat melalui psikiater,"imbuhnya.
Ditambahkan Oktario, upaya mengakhiri trend negatif bunuh diri di Rutan Klas IIA Palangka Raya, pihaknya selalu memberikan penyuluhan rohani kepada penghuni rumah tahanan agar hal seperti itu tidak lagi terulang.
”Kita ingin keimanan mereka kuat dan menerapkan pola pengawasan ekstra di setiap kamar tahanan, yang berkerja sama dengan sejumlah napi. Selain itu memberikan pemahaman bagi seluruh napi, termasuk menyiapkan petugas agar napi bisa berkonsultasi,” pungkasnya. (daq/gus)