KUALA KURUN – Masyarakat suku Dayak diminta tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Sesama warga Dayak diminta tak terpecah belah hanya karena adanya perbedaan, terutama agama. Persatuan warga Dayak diperlukan agar diperhitungkan di era sekarang.
Hal itu ditegaskan Gubernur Kalteng Sugianto Sabran saat membuka Seminar Internasional dan Ekspedisi Napak Tilas Tumbang Anoi, Senin (22/7), di Desa Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas. Sejumlah tokoh penting hadir, seperti Sekjend MADN, sejumlah bupati dari Kalbar, anggota DPR RI Rahmat Hamka, dan lainnya.
”Bangsa Dayak harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Bangsa Dayak tidak boleh terpecah hanya karena perbedaan agama. Kita harus memahami filosofi huma betang,” katanya.
Sugianto menambahkan, dengan keterbukaan, bangsa Dayak harus mampu menjaga harkat dan martabatnya agar dapat diperhitungkan dalam era global. ”Saya hadir di sini ada rasa keterpanggilan sebagai orang Dayak. Semua bangsa Dayak di mana saja, darah Dayak yang mengalir tidak bisa memisahkan kita hanya karena beda negara. Kita dipersatukan oleh ikatan emosional yang kuat, sehingga rela berkumpul di sini,” katanya.
Sementara itu, Rahmat Hamka berharap dalam kegiatan tersebut ada ketegasan dari segenap elemen masyarakat Dayak untuk menyatakan perang terhadap narkoba. Kemudian, ada rumusan sanksi adat yang sangat ekstrim dalam rangka menyelamatkan generasi Dayak ke depan.
”Bukan rahasia lagi, bagaimana peredaran narkoba sudah sampai menjangkau desa-desa,” ujarnya.
Kegiatan tersebut akan berlangsung dari tanggal 22-24 Juli. Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng Agustiar Sabran sebelumnya mengatakan, banyak hal yang menjadi tujuan dari napak tilas itu. Selain memperkuat persatuan, pihaknya ingin Dayak siap menghadapi perkembangan ke depan. (sho/ign)