PANGKALAN BUN - Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Panglima Utar Kumai mengeluarkan peringatan dini terhadap potensi gelombang tinggi di perairan Laut Jawa bagian tengah, dan perairan selatan Kalimantan yang berkisar antara 1,25 meter hingga 2,25 meter.
Kondisi tersebut akan berlangsung hingga hari ini, untuk itu ia menyarankan kepada nelayan yang beraktifitas di laut, serta masyarakat yang tinggal dipesisir pantai untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Harap diperhatikan terhadap risiko tinggi keselamatan pelayaran, khususnya kepada para nelayan dan masyarakat yang berada di pesisir pantai agar selalu waspada,” kata Kepala KSOP Panglima Utar, Kumai, Wahyu Prihanto.
Ia menjelaskan tingginya gelombang laut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya terdapat sirkulasi udara di Kalimantan Timur dan Utara Papua Barat, dengan pola angin dari wilayah utara equator umumnya dari Tenggara Barat Daya dengan kecepatan 4 sampai 20 Knot.
Sedangkan di wilayah Selatan equator umumnya dari Timur ke Selatan dengan kecepatan 4 sampai 25 knot, kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan tinggi gelombang disekitar wilayah tersebut.
“Faktor itulah yang menyebabkan terjadinya gelombang tinggi di wilayah tersebut, jadi nelayan jangan memaksakan untuk melaut dengan resiko tinggi terhadap keselamatan mereka,” imbuhnya.
Sementara itu salah seorang nelayan Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat Arbani menyampaikan, kondisi gelombang tinggi seperti saat ini merupakan fenomena yang biasa mereka hadapi, sehingga para nelayan masih tetap melaut.
Meski demikian mereka mengakui dampak dari gelombang tinggi tersebut berimbas pada hasil tangkapan yang berkurang, lantaran mereka tidak bisa maksimal dalam bekerja.
“Biasanya, kami melaut setiap dua hari sekali, hasil tangkapan mencapai hampir dua ton, namun dengan gelombang tinggi ini berkurang sampai 50 persen,” ujarnya.
Ia menambahkan dengan cuaca yang ekstrim ini, nelayan juga harus jeli dalam melihat kondisi cuaca, apabila terlihat teduh mereka langsung melaut, biasanya nelayan melabuh jangkar untuk menangkap ikan di perairan Senggora.
Untuk mengisi waktu, apabila mereka tidak melaut nelayan di Desa Bakau memanfaatkan dengan memperbaiki perahu dan alat tangkap ikan mereka.
“Kalau kondisi seperti saat ini kami masih berani melaut, kalaupun sudah sangat ekstrim cuaca kami tidak berangkat dan waktu kami gunakan untuk memperbaiki alat tangkap ikan dan perahu,” pungkasnya. (tyo/sla)