SAMPIT - Lomba pembuatan nasi tumpeng yang diselenggarakan pada Minggu (25/8/2019) untuk memeriahkan HUT RI Ke-74 tahun. Sebenarnya ada makna dan tujuannya, yakni untuk menyelenggarakan lomba nasi tumpeng secara berkelompok memang diwajibkan, peserta tidak boleh individu harus secara berkelompok. Mengingat warga yang tinggal di sini itu terdiri dari berbagai suku, agama dan profesi. Sehingga semua saling bergotong royong tanpa membedakan status sosial. Seperti para pahlawan zaman dulu saling bergotong-royong untuk membela negara, tanpa membedakan status sosial suku dan agama mereka.
“Diikuti oleh ratusan warga terdiri dari 28 kelompok peserta lomba nasi tumpeng, acara ini kami persiapkan dengan matang atas bantuan tokoh masyarakat dan tokoh muda-mudi di sini, sehingga acara berlangsung lancar. Bahkan banyak swadaya masyarakat untuk pengadaan hadiah. Selain itu, acara ini bisa jadi peluang usaha kuliner apabila banyak masyarakat yang berminat untuk memesan kreasi nasi tumpeng buatan ibu-ibu di Antang Barat 3, bahkan jurinya pun dari tim PKK dan dari Puskesmas Ketapang untuk sisi kesehatan makanannya,” ungkap Ismail selaku Ketua RT 35 Antang Barat 3.
Ismail mengungkapkan, acara yang sudah dipersiapkan dengan matang ini dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Kotim, Camat Ketapang, Perwakilan Polsek Ketapang, Kepala Puskesmas Ketapang 1, Lurah Sawahan, Tokoh Sesepuh Masyarakat, Tokoh Masyarakat, dan seluruh warga masyarakat di sini.
“Salah satu tujuan kami mengundang para pejabat di sini, supaya mereka juga tahu kondisi infrastruktur jalanan di perkampungan sini, seperti yang kita ketahui kalau jalanan gang kampung di sini masih banyak yang tanah belum diaspal, sedangkan di kecamatan sebelah sudah banyak jalan kampung yang diaspal, nah kami ingin jalanan di sini juga diaspal diperhatikan pemerintah setempat,” ungkap Soeyito selaku Ketua RW 14 Antang Barat, Sampit. Selasa (27/8).
Selain infastruktur jalanan perkampungan, pihaknya juga meminta pada pemerintah setempat agar membangun siring kanan dan kiri di sungai utama yang jadi saluran pengairan keluarnya limbah rumah tangga di sini, karena di sini sering banjir selain itu daerah Antang Barat ini termasuk daerah datar namun kondisi tanahnya agak cekung jadi kalau banjir banyak air dari mana saja mengumpul ke sini sehingga membuat banjir.
“Itu pasti sering terjadi kalau musim hujan tiba, sudah sejak dulu dari kami sesepuh yang ada lahir dan besar di sini. Belum juga dapat tanggapan dari pemerintah setempat, bahkan aspal di jalan utama ini baru ada sekitar 3 tahun lalu. Selama ini banyak dana swadaya dari masyarakat setempat yang dikeluarkan untuk memperbaiki jalanan dan kegiatan di sini, kami berharap anggota DPRD bisa membantu kami juga untuk meneruskan aspirasi kami selama ini,” jelas Soeyito.
Menurut M. Pusilhin salah satu tokoh sesepuh masyarakat di Antang Barat 3, armada pengangkut sampah rumah tangga sampai saat ini masih jadi kendala karena Antang Barat 3 yang terdiri dari beberapa RT hanya memiliki satu unit armada pengangkut sampah rumah tangga. Soeyito menambahkan pihaknya sering mengikuti Musrenbang, namun usulannya masih banyak yang sekadar ditampung saja belum ditindaklanjuti sampai sekarang. Karena itu, ia berharap anggota DPRD bisa membantu mereka untuk membantu menurunkan dana APBN, mengingat jika hanya mengandalkan APBD belum tentu semua bidang yang diusulkan bisa tertangani dengan baik.
“Armada sampah ini kan baru ada satu saja, tiap hari bisa mengangkut beberapa kali. Jadi kurang efektif, butuh penambahan armada lagi,” ujar Soeyito.
Mathali selaku Ketua Tokoh Pemuda Antang Barat 3 menambahkan, supaya anak-anak pemuda di Antang Barat 3 selalu kompak dan saling bekerja sama untuk membangun wilayahnya agara semakin maju dan berkembang. (rm-97/soc).