SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Jumat, 18 Oktober 2019 14:57
Puncak Ritual Bebarosih Banua Diwarnai Perang Ketupat
PUNCAK ACARA : Perahu - perahu yang membawa 7 miniatur menuju tempat lokasi peletakkan miniatur balai dan ancak. Ancak tersebut berisi 40 macam kue tradisonal, ada juga miniatur kapal untuk meletakkan ayam hitam, dan satu ekor kambing hitam yang akan dikorbankan dalam ritual Bebarosih Banua.( IST/RADAR PANGKALAN BUN)

PANGKALAN BUN - Prosesi puncak ritual adat Bebarosih Banua yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) diwarnai perang ketupat kecil dan bungkusan air warna warni.

Perang ketupat dan perang bungkusan air ini disimbolkan sebagai bentuk perlawanan masyarakat setempat dalam melawan penjajah. Saat itu mereka melempar benda apa saja yang berada di dekat mereka seperti batu, tanah, dan tombak ke penjajah yang berada di kapal dengan peralatan yang lebih modern.

Perang Ketupat dan bungkusan air warna – warni itu dilakukan ketika perahu - perahu yang membawa 7 miniatur sudah berjalan menuju tempat lokasi peletakkan miniatur balai dan ancak.Ancak tersebut berisi 40 macam kue tradisonal, ada juga miniatur kapal untuk meletakkan ayam hitam, dan satu ekor kambing hitam yang akan dikorbankan.

Sejumlah kapal yang membawa miniatur balai dan ancak, saling melempar ketupat dan air, baik ke kapal yang terdapat dalam rombongan maupun kepada penonton hingga terjadi saling balas melempar air yang diberi pewarna makanan.

Saat perang air tersebut para penari tradisional atau disebut tirik masih terus menari dengan iringan musik dan pantun terus dilantukan, hingga balai dan ancak diletakkan di Sungai Nyirih, Sungai Tendang, Sungai Cempaka, Sungai Panggung Laut, Sungai Kapitan, Sungai Sekonyer dan Sungai Pasir Panjang.

“Perang Ketupat dan perang bungkusan air, menurut Juriat Almarhum HM Idris, yaitu Demang Kepala Adat Hermansyah perang ketupat dan air melambangkan perlawanan pada zaman penjajah dahulu, dimana peralatan perang pejuang sangat sederhana,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotawaringin Barat, Rosihan Pribadi, Kamis (17/10).

Ia juga mengatakan beborian yang ditarik di dalam ancak diletakkan di beberapa titik, yaitu muara Sungai Sekonyer (rumah pemedangan), Sungai Kapitan (Lancang), Sungai Pasir Panjang (rumah balai tujuh), Sungai Panggung (Lancang), Sungai Nyirih (rumah tiang tunggal), dan Sungai Tendang (Lancang).

Pelaksanaan Bebarosih Banua secara filosofis adalah sebagai bentuk meminta doa keselamatan kepada yang maha kuasa, dan juga untuk melestarikan budaya yang telah lama tumbuh di masyarakat, khususnya di Kecamatan Kumai. 

Sebelum acara puncak prosesi adat Bebarosih Banua, telah dilakukan Haul HM Idris yang merupakan tokoh masyarakat yang dulu melaksanakan upacara tersebut. Haul tersebut dilaksanakan di Masjid Al-Huda Kumai Hulu, setelah itu acara Tapung Tawar dan ziarah ke Makam HM Idris yang juga dihadiri oleh Bupati Kobar Hj Nurhidayah, beserta Muspika Kumai.

Ia juga mengatakan prosesi adat Bebarosih Banua ini kedepannya akan disinergikan lebih baik dengan menggabungkan program Badapatan di Kampung Kojo, sekaligus waktunya disesuaikan dengan kedatangan peserta even rally yacht yang tergabung dalam Wonderful Sail To Indonesia.

“Nanti bakal menjadi paket wisata terpadu antara budaya, kuliner, dan eko tourism (TNTP),” pungkasnya (tyo/sla)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers