PANGKALAN BUN - Ulah monyet ekor panjang belakangan ini kian sering membuat resah masyarakat, pasalnya primata liar ini masuk ke permukiman dan mengambil makanan serta barang - barang rumah tangga milik masyarakat.
Di kasus sebelumnya sejumlah korban akibat ulah monyet itu mulai muncul terutama ternak masyarakat. Monyet ini sering menyerang ayam peliharaan yang berkeliaran di pekarangan rumah.
Sepanjang bulan Oktober 2019 ini saja Satpol PP dan Damkar Kobar sudah tiga kali mengevakuasi monyet dari permukiman warga, bahkan kasus terakhir hingga harus berjibaku dengan monyet lantaran petugas harus naik ke atas atap.
Kali ini monyet kembali berulah di permukiman Griya Bumi Permai, kawasan Pangkalan Lima, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan. Monyet tersebut sudah beberapa hari ini keluar masuk beberapa rumah warga untuk mengambil makanan dan barang - barang.
Seperti yang diungkapkan Metty Suhendro, monyet tersebut sudah berusaha ditangkap oleh tim rescue BKSDA SKW II Pangkalan Bun, namun belum berhasil. Hingga pagi ini (kemarin), monyet tersebut semakin merajalela. Warga yang mencoba mengusir justru mendapat perlawanan dengan makin mendekat dan berusaha untuk menyerang.
“Sudah ada kemarin yang berusaha menangkap, tapi belum berhasil,” ujar Metty. Kepala BKSDA SKW II Pangkalan Bun, Dendi Sutiadi mengatakan bahwa kasus monyet yang berada di Pangkalan Lima, merupakan monyet peliharaan masyarakat yang lepas, sehingga mengganggu masyarakat sekitar perumahan.
Ia mengingatkan, faktor kebiasaan masyarakat yang masih senang memelihara monyet sejak kecil menjadi persoalan yang cukup rumit. Karena saat masih kecil, monyet tersebut memang lucu, namun setelah besar naluri buas atau liarnya yang akan muncul sehingga konflik dengan pemiliknya sendiri.
“Kalau saat kecil memang lucu, tapi kalau sudah dewasa namanya binatang liar, naluri buasnya tetap akan keluar dan ujung-ujungnya berkonflik dengan masyarakat,” keluhnya.
Namun terlepas dari itu, dalam kasus munculnya satwa liar di kawasan permukiman pada musim kemarau, biasanya dipicu karena ketiadaan makanan. Karena banyak tanaman mengalami kekeringan sehingga pertumbuhannya terganggu. Hal ini akan mengurangai sumber makanan berupa pucuk daun yang biasa mereka konsumsi.
Pada akhirnya monyet tersebut keluar dari habitatnya dan mencari makan dengan mengemis atau bahkan mencuri di permukiman penduduk seperti monyet ekor panjang.
“Padahal sebenarnya dilarang memberi makan satwa liar karena akan mengangu metabolisme hewan tersebut, yang berdampak pada terpacunya pertumbuhan yang pesat serta perubahan perilaku hewan tersebut,” terangnya.
“Banyak faktor terkait perubahan perilaku satwa liar, seperti rusaknya ekosistem sekitar kawasan hutan lindung yang menjadi lahan budidaya, sehingga memacu monyet mencari makan dengan merusak kebun dan mencari makan ke perumahan,” pungkasnya. (tyo/sla)