PANGKALAN BUN - Ribuan masyarakat Kotawaringin Barat tumpah ruah memadati kawasan Taman Kota Manis Pangkalan Bun, Minggu (1/12) pagi. Mereka rela berdesakan untuk jadi yang terdepan menyaksikan 45 peserta Marunting Fashion Carnival 2019 berlenggak-lenggok memperagakan busana kreasi mereka.
Kegiatan tahun kedua itu terlihat lebih teratur dari tahun sebelumnya. Selain jumlah peserta yang bertambah, kali ini busana yang mereka peragakan lebih variatif.
Salah satunya busana yang diperagakan Gusti Arum Tanjung yang menjadi juara satu peserta kategori umum. Pemuda tampan ini mampu memeragakan busana tersebut dengan gagah dan berwibawa.
”Saat memeragakan busana yang saya pakai di depan juri dan depan masyarakat harus sesuai karakternya. Tidak boleh tertawa, karena ini dilombakan,” ujarnya usai acara.
Mengusung tema Panglima Burung, busana itu memiliki ciri topi berbentuk burung enggang dengan paruhnya yang besar dan kokoh, yang merupakan ikon fauna dari Kalimantan. Busana tersebut juga memiliki banyak aksen dan ukiran unik khas Borneo. Tak ketinggalan untuk melengkapi penampilan, dia membawa perisai Suku Dayak.
”Saat memeragakan busana, antara mimik muka, make up, dan cara jalan juga harus seirama. Supaya pesan yang ingin disampaikan melalui busana ini tersampaikan,” jelasnya.
Perlu waktu dua bulan untuk memikirkan konsep, pengumpulan bahan, dan pembuatan, karena harus memikirkan keserasian warna dengan tema, serta dengan orang memeragakan busana.
”Alhamdulillah. Selama memeragakan busana berjalan lancar. Mekipun busana ini cukup berat. Terutama untuk hiasan di kepala, beratnya hampir dua kilogram. Harus konsentrasi agar bisa menampilkan yang terbaik,” kata Gusti Arum Tanjung.
Untuk juara dua, diraih Fikri Haikal dengan judul busana The Gloria of Payung Kesultanan. Terinpirasi dari ikon Kobar, yaitu payung kerajaan yang melambangkan kejayaan dan alat pelindung bangsawan. Payung kerajaan tersebut menjadi batik khas Kobar.
Selanjutnya, juara tiga diraih busana yang diperagakan Herman Ade Putra dengan judul Landmark of Kobar. Kostum itu mengangkat ikon Kobar, yakni Bundaran Pancasila Pangkalan Bun yang merupakan paduan ukiran, warna, dan ornamen khas Suku Dayak dan burung enggang yang menjadi ciri khas daerah. Warna busana itu didominasi emas yang menggambarkan sebuah harapan untuk mencapai kejayaan Kobar. (rin/sla/ign)