SAMPIT– Minyak tanah di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) saat ini mulai langka. Sebagian masyarakat yang bergantung pada mitan resah. Untuk mendapatkan mitan, warga harus mengeluarkan uang hingga 10 ribu per liternya.
”Di warung mulai sulit mendapatkan minyak tanah. Padahal, kami bergantung kepada itu saja untuk keperluan memasak," kata Dewi, warga Baamang Tengah kepada Radar Sampit, Minggu (20/3).
Dewi khawatir minyak tanah nantinya benar-benar hilang dari peredaran, bahkan ditarik pemerintah. Saat ini mereka masih sangat tergantung dengan bahan bakar minyak (BBM) tersebut. Di sisi lain, mereka juga masih meragukan kompor gas yang rentan membahayakan jiwa, meski disebut-sebut lebih murah dan efisien.
”Sampai hari ini kami masih takut menggunakan kompor gas, salah sedikit bisa meledak. Apalagi kami dalam rumah yang banyak pemakai kompornya ini," katanya.
Pemkab Kotim sebelumnya mengakui pembagian kompor gas belum tuntas. Masih banyak warga yang belum menerima bantuan tersebut. Pemkab hanya membantu menyalurkan dan memfasilitasi agar program itu berjalan lancar sesuai harapan.
Pembagian paket kompor gas ini merupakan kompensasi pemerintah kepada warga terkait program konversi minyak tanah ke gas. Paket yang mulai dibagikan di Kotim pada September 2015 lalu itu berupa tabung elpiji 3 kg, kompor, regulator, dan selang secara gratis. Kotim mendapat jatah bantuan sebanyak 60.665 paket. (ang/ign)