Sukamara sempat menjadi satu satunya kabupaten di Kalimantan Tengah dengan status zona hijau. Saat itu, pemerintahan daerah setempat mengambil kebijakan layaknya zona merah. Akhirnya Sukamara benar-benar menjadi zona merah per 4 Mei lalu.
FAUZIANNUR, Sukamara
KASUS Covid-19 terkonfirmasi kali pertama di Kabupaten Sukamara tanggal 4 Mei 2020. Berasal dari kluster Temboro. Seorang pemuda umur 19 tahun asal Desa Sungai Damar, Kecamatan Pantai Lunci itu terpapar virus korona sepulang dari mondok di sana. Tak ada keluhan sakit, imunnya bagus sehingga masuk orang tanpa gejala (OTG).
Setelah Bupati Sukamara Windu Subagio yang juga Ketua Gugus Tugas Covid-19 itu mengumumkan secara resmi kasus pertama, masyarakat shock dan kaget karena Kabupaten Sukamara zona hijau mendadak merah, tanpa melewati zona kuning lagi. Media sosial diramaikan perbincangan kasus pertama itu. Pemerintahan pun sigap melakukan rapid test terhadap 33 orang yang sebelumnya sudah ditracking, serta meningkatkan kewaspadaan melalui Gugus Tugas di lapangan.
“Bagi saya, setiap masyarakat Sukamara sangat berharga dan saya minta semua pihak menggunakan semua sumber daya dengan optimal dalam melawan Covid-19 ini,” kata Windu Subagio.
Sejak zona hijau, bupati dalam setiap kesempatan rapat koordinasi dan evaluasi pencegahan dan penanganan Covid-19 selalu mengingatkan jajarannya agar bertindak secara total. Tidak ragu dalam mengambil keputusan untuk melawan dan menangkal virus asal Cina itu jangan sampai masuk ke wilayah Kabupaten Sukamara. Namun apa nyana, pertahanan itu akhirnya bobol jua. Satu warga terpapar.
Masuk zona merah bukan berarti kalah. Pemerintah daerah membuat skenario dan strategi perlawanan. Skema anggaran, pemerintah daerah mencadangkan biaya tidak terduga (BTT) sebesar Rp 67,5 miliar, yang diambil dari Dana Insentif Daerah (DID) dan penyisiran anggaran semua satuan organisasi perangkat daerah (SOPD). Anggaran itu dialokasikan bagi RSUD Sukamara, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial PMD Sukamara dan BPBD Sukamara.
Skenario pertahanan dan penanganan, pemerintah daerah sejak zona hijau telah membentuk pos pemantauan kesehatan di sejumlah pintu masuk ke Kabupaten Sukamara. Gedung dan asrama Balai Pelatihan Guru (BPG) disulap sebagai tempat karantina terintegrasi bagi setiap orang yang datang dari zona merah. Selama 14 hari menginap dan dilayani makan minum gratis.
Rumah sakit juga diinstruksikan memaksimalkan sarana dan fasilitas serta sumberdaya yang ada. Windu Subagio selalu menekan kepada jajarannya bahwa dalam melawan Covid-19 ini tidak boleh lengah dengan berasumsi kemungkinan terburuk. Dengan begitu persiapan lebih maksimal.
”Semua tidak boleh lengah. Dalam menyikapi pandemi Covid-19 ini Pemkab Sukamara mengambil sikap over estimate, dengan kemungkinan terburuk yang dihitung agar persiapan lebih maksimal," tegas Windu Subagio..
Skenario penanganan dampak ekonomi, pemerintah daerah merangkul pihak swasta. Seluruh perusahaan besar diminta berkontribusi membantu pelemahan ekonomi masyarakat, dengan menyisihkan dana corporate social responbility (CSR) ke Dinas Sosial. Bantuan pangan disalurkan bagi masyarakat terdampak. Begitu pun seluruh pemerintahan desa didorong mempercepat penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) dana desa (DD) bagi warganya masing-masing.
Untuk skenario ketahanan pangan, pemerintah daerah mempersiapkan cadangan pangan. Diantaranya membeli beras petani lokal. Hingga strategi cadangan lauk pun diambil, yakni meminta para nelayan untuk mengeringkan ikan hasil tangkapan mereka dan akan dibeli oleh pemerintah daerah.
Sosialisasi kepada masyarakat agar melaksanakan anjuran pemerintah dalam mencegah penularan Covid-19 juga terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dibantu sejumlah relawan yang tergerak dengan suka rela. Penyemprotan disinfektan massal, pembagian masker gratis, hingga penetapan area menggunakan masker dan penyediaan tempat cuci tangan di lingkungan RT.
“Kondisi seperti yang saya rasakan adalah keprihatinan, sehingga menumbuhkan semangat agar wabah atau pandemi tidak berkembang di Kabupaten Sukamara, dan target kita zero kematian,” tukas Windu Subagio seraya berharap agar masyarakat mengikuti arahan pemerintah dan protokoler kesehatan, seperti social distancing, memakai masker dan sering mencucui tangan. (yit)
