PALANGKA RAYA - Ketua Umum Persatuan Artis Musik Melayu Dangdut Indonesia (PAMMI) mengingatkan artis-artis dan seniman dangdut di Kalteng tidak melakukan goyangan yang erotis saat menghibur masyarakat. Pasalnya, goyang erotis bukan ciri khas penyanyi dangdut. Rhoma menyampaikan hal tersebut saat pelantikan pengurus DPD PAMMI Kalteng.
"Dalam menghibur dan bermusik kita harus dengan berakhlak mulia. Saya mendirikan PAMMI, karena banyak yang telah menyalahartikan musik dangdut yang merupakan ciri khas Indonesia," kata Rhoma Irama.
Rhoma menegaskan, akhir-akhir ini dangdut dicap musik setan, arogan dan tidak etis. Pernyataan itu banyak dilontarkan masyarakat, bahkan ulama. Itu karena adanya penyanyi yang mempertontonkan aurat dan tarian erotis.
"Saya bilang dangdut tanpa goyang itu kurang asik. Namun, kalau yang mempertontonkan aurat dan goyang erotis itu bukan ciri khas dangdut. Kita melarang itu, tapi goyang eksotis dan estatis (beretika) bukan erotis," tukasnya.
Rhoma bercerita atas larangan tersebut, dia didatangi oleh wartawan seluruh dunia. Mereka ingin konfirmasi kepada Rhoma yang dinilai melanggar HAM atas larangan kepada penyanyi dangut yang mempertontonkan aurat dan goyang erotis.
"Saya waktu itu kedatangan wartawan dari berbagai dunia. Saya disebut telah memasung kreativitas dan melanggar hak asasi, karena saya melarang orang benyanyi dengan bergoyang. Saya jelaskan kepada mereka, bahwa dangdut tanpa goyang memang tidak asik. Saya tidak melarang goyang. Tetapi harusnya goyang dengan eksotis atau estetis (beretika) bukan erotis. Selama ini dangdut itu tak tahu dan tidak kenal goyang erotis. Elvie Sukaesih dan Evi Tamala selama puluhan tahun menggoyang panggung, tetapi mereka tidak pernah dicela, karena bergoyang dengan estetika," ucapnya.
Goyang erotis tentu dilarang di Indonesia sebagai negara yang Berketuhanan sebagaimana yang tertuang pada butir ke satu Pancasila. Dan tarian erotis itu dilarang di Indonesia yang Berketuhanan. (arj/vin)