KOTAWARINGIN LAMA – Tidak terima anaknya yang baru duduk di kelas VII SMP dicabuli oleh pacarnya, seorang warga Desa Sumber Mukti, Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), melapor ke Polsek Kolam. Pelapor semakin jengkel lantaran pacar anaknya menantang duel dan merendahkan anaknya.
Ditemui seusai memberikan keterangan di Mapolsek Kolam S menceritakan bahwa anaknya pada tanggal 3 Mei lalu sekitar jam 17.00 WIB pamit ke desa tetangga tetapi sampai tengah malam tak kembali.
Atas peristiwa itu, S dan suaminya melapor ke pihak desa setempat. Setelah dicari sampai keesokan harinya, korban tidak diketahui posisinya. Baru di hari keempat, 7 Mei, korban ditemukan di salah satu rumah ketua RT Desa Sumber Mukti.
“Menurut cerita anak saya saat itu dibawa pergi oleh teman prianya. Dan dalam masalah ini kami sekeluarga beserta semua pihak sepakat diselesaikan secara kekeluargaan,” ceritanya.
Tetapi beberapa waktu kemudian, Riyan, pria yang pernah membawa kabur anaknya, membikin ulah. Dalam keadaan mabuk, Riyan mengajak keluarga S duel dan mengancam mengusir keluarga S keluar dari desa itu.
---------- SPLIT TEXT ----------
Kejadian ini juga diselesaikan oleh Pemerintahan Desa Sumber Mukti. Namun kesabaran keluarga korban memuncak setelah Riyan mengirim short messege service (SMS) ke handphone adik korban yang isinya merendahkan korban.
“SMSnya melecehkan anak kami, itu barang bekas yang tidak berharga sudah dirasain tulusnya. Itulah sebabnya kami tidak terima. Sudah anak kami dicabuli, kami terima (diam), ditantang duel bertimpas kami terima (diam), akhirnya yang ketiga ini sudah habis kesabaran kami,” ungkap S sembari meminta pelaku pencabulan terhadap anaknya yang masih di bawah umur ini dihukum berat.
Sementara itu korban menuturkan bahwa dirinya memang mempunyai hubungan khusus dengan Riyan. Hubungan asmara ini telah terjalin selama satu bulan.
“Sore itu dia mengajak ketemuan di kebun sawit di belakang rumah kediaman kami, saya kira tidak bakal kayak itu (pencabulan). Dalam ketemuan itu kami hanya ngobrol dan duduk-duduk di bawah pohon sawit lama kelamaan terjadilah dan saya takut pulang dan akhirnya bermalam di hutan,” cerita bunga dengan polos. (gst/yit)