SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendukung penuh pembangunan Rumah Betang di Desa Luwuk Sampun, Kecamatan Tualan Hulu, yang digagas oleh masyarakat setempat. Rumah adat khas suku Dayak ini dibangun bukan sebagai aset pemerintah, melainkan milik bersama warga yang bertujuan untuk melestarikan warisan budaya leluhur.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim Bima Eka Wardhana mengungkapkan bahwa inisiatif pembangunan Rumah Betang tersebut berasal dari masyarakat Kecamatan Tualan Hulu. Rumah Betang ini tidak hanya menjadi pusat kegiatan adat, namun juga sebagai simbol persatuan dan gotong royong masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang suku dan agama.
“Ini adalah bentuk pelestarian budaya Dayak. Rumah Betang bukan sekadar bangunan, tapi juga simbol kebersamaan dan keharmonisan. Di Kotim sendiri, saat ini masih ada satu rumah Betang peninggalan nenek moyang yang berusia ratusan tahun, yaitu Rumah Betang Tumbang Gagu di Kecamatan Antang Kalang,” ujar Bima, Senin (30/6).
Ia menjelaskan bahwa pembangunan ini memiliki nilai strategis, tidak hanya dari sisi budaya, tetapi juga dari aspek sosial. Rumah Betang dirancang sebagai tempat berkumpulnya tokoh masyarakat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan seperti acara keagamaan, ritual adat, dan kegiatan sosial lainnya.
“Luas bangunannya sekitar 30 meter x 60 meter. Memang jika dibandingkan dengan Rumah Betang di Desa Tumbang Gagu masih lebih besar di sana, tetapi ukuran ini sudah cukup representatif untuk kebutuhan masyarakat saat ini,” tambahnya.
Sumber pendanaan pembangunan Rumah Betang berasal dari berbagai pihak, baik masyarakat, termasuk kontribusi dari pemerintah daerah nantinya dan diharapkan juga dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar wilayah Tualan Hulu.
Target penyelesaian pembangunan Rumah Betang ini direncanakan pada akhir tahun 2026. Pemerintah daerah berharap pembangunan ini berjalan lancar sesuai jadwal.
“Harapan kami, Rumah Betang ini kelak tidak hanya menjadi tempat pelestarian budaya, tapi juga bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata budaya di wilayah pedalaman Kotim,” tutup Bima. (yn/yit)