PALANGKA RAYA – Rakawindra Dwi Putrab bayi berusia delapan bulan, putra kedua pasangan Santi dan Adi. Penderita atresia bilier atau saluran empedu tidak terbentuk sempurna atau buntu, kondisinya kini kian mengkhawatirkan. Kondisi itu diketahui saat dilakukan cek up oleh dokter spesialis anak dr RSUD Doris Slyvanus dr Arieta, Kamis (28/7).
Hasil pemeriksaan menyatakan kondisi Raka dalam keadaan kritis dan kronis. Lambat melakukan penanganan medis kemungkinan untuk selamat semakin tipis. Terlebih belum ada respon positif dari Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng sesuai harapan kedua orang tua Raka.
“Kritis dan kronis. Saya berharap cepat bisa ditangani. Karena semakin lama tak dibawa dalam penanganan medis, maka kemungkinan besar umtuk selamat semakin kecil. Tapi kita tetap tak dapat membendung kuasa Tuhan,” ucap dr Arieta saat memeriksa Raka.
Menurutnya, semakin cepat ditangani maka penanganan medis semakin baik. Ia pun memberikan saran dan berharap bisa secepatnya dirujuk ke rumah sakit rujukan. “Lebih cepat lebih baik,” tutupnya.
Sementara itu, Santi mengatakan berkeinginan untuk bisa memberangkatkan Raka ke rumah sakit rujukan. Ia tak ingin kesehatan dan kejelasan penanganan anaknya terkatung-katung.
“Saya hanya meminta cepat berangkat dan tak terkatung-katung. Kami takut untuk merujuk karena tidak ada biaya dan tak punya uang banyak itu,” jelas Santi terlihat sedih.
Santi mengatakan saat ini berbagai pihak sudah melakukan bantuan dalam pengobatan Raka. Baik melalui bantuan masyarakat hingga partai politik. Tetapi dari Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng belum ada tanggapan.
Namun, jelas Santi dari pemerintah Kota Palangka Raya telah menyanggupi melakukan bantuan selama pengobatan di rumah sakit nantinya.
“Iya bantuan dari masyarakat dan partai. Pemerintah kota melalui Dinas Kesehatan juga siap untuk membiayai salama pengobatan. Gubernur dan wakil gubernur belum ada tanggapan,” jelas Santi.
Dikatakannya, kesembuhan Raka tergantung pengobatan nanti. Bilamana transplantasi hati berjalan sukses dan cocok maka ada kemungkinan berhasil.
“Saya minta doanya semua, Raka perlu hati agar atresia bilier atau saluran empedu tidak terbentuk sempurna atau buntu bisa disembuhkan.
Seperti diberitakan Raka dapat sembuh usai melakukan transplantasi hati. Tetapi pembiayaan operasi Raka ditaksir hampir Rp 1 miliar. Sedangkan BPJS hanya mampu menanggung Rp 250 juta saja. Saat ini perut Raka semakin keras, selalu menangis, kesulitan makan dan bernafas pun susah. Dia harus dirujuk ke rumah sakit di Jakarta, Surabaya, Semarang dan Jogjakarta. (daq/vin)