PALANGKA RAYA – Kehadiran Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dalam Kirab Budaya dan Jambore Pemuda Indonesia (JPI) ke-88 di Kota Palangka Raya berjalan tidak seperti yang diharapkan. Sebab, saat pelepasan pawai hujan turun cukup deras.
Kendati demikian, peserta pawai kirab budaya dari 34 provinsi di Indonesia itu tetap bertahan dan menampilkan tarian khas daerahnya masing-masing di hadapan Menpora dan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, serta pejabat lainnya.
Sebelum dilepasnya pawai kirab budaya, Imam Nahrawi menyebutkan bahwa kegiatan yang saat itu berjalan diberkati oleh Allah yang maha kuasa. Ini juga menandakan bahwa sambutan hangat bagi pemuda dan pemudi yang menginjakkan di tanah Dayak.
"Alhamdulillah hujan turun, saya ingat waktu kecil bermain bola yang ditunggu saat bermain bola itu adalah hujan. Jadi dengan hujan yang turun kegiatan kita selalu diberkahi Allah yang maha kuasa," ucap Imam dihadapan seluruh pejabat dan masyarakat Kalteng.
Sebelum mengakhiri sambutannya itu, Imam juga berpesan kepada pemuda Indonesia agar selalu menegakkan karakter anak bangsa. Jangan sampai budaya lokal selalu kalah dengan budaya asing yang selama ini masuk ke negara kita. Dengan adanya pemuda yang berkarakter dan cerdas, tentunya bangsa kita tidak mudah terjajah oleh bangsa asing yang tentunya menjajah dari segala lini.
"Kita sangat berbangga dengan Pemerintah Pusat, kendati dengan adanya pengurangan anggaran di pemerintah pusat. Presiden tetap mengalokasikan kegiatan dan even tahunan seperti ini. Saya yakin semua kegiatan yang di tampilkan serta disuruhkan untuk pemuda dari 34 provinsi di Indonesia, adalah yang terbaik. Bahkan untuk pemuda yang sudah menginjakkan kakinya di provinsi kalteng ini mengikuti JPI, tebarkanlah virus-virus kebaikan serta tukar pikiran dengan pemuda pribumi dan yang lainnya," kata Menpora.
Dilain pihak, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran tak mau kalah guna mencetak generasi serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten. Dia meminta pelajar tetap memegang teguh pedoman pemuda Indonesia. Pelajar yang paling mudah terkontaminasi dahal-hal yang menyesatkan, diminta memperkuat. Bahkan di setiap sekolah wajib menghafal lagu-lagu daerah serta lagu kebangsaan. (rm-78/vin)