PALANGKA RAYA – Keindahan dan keunikan manik-manik koleksi sembilan museum di Pulau Kalimantan, dipamerkan pada kegiatan Pesona Manik se-Borneo. Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan Museum Balanga Kota Palanga Raya ini, melibatkan dua negara tentangga yaitu, Malaysia dan Brunei Darussalam. Kegiatan ini sendiri akan berlangsung hingga 14 November.
Meski masih di kawasan pula Kalimantan, manik-manik yang dipamerkan tiap museum berbeda-beda. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Yuel Tanggara selaku ketua panitia pelaksana menyebutkan dalam kegiatan ini, sedikitnya terdapat sekitar 134 koleksi manik-manik yang dipamerkan.
“Sembilan museum ditambah dengan museun dari Bartim dan Sulteng, termasuk Malaysia dan Brunei Darussalam memamerkan koleksinya masing-masing. Kegiatan dua tahunan ini, kita mua menarik minat masyarakat melalui pameran ini,” kata Yuel saat membuka kegiatan tersebut, Senin (7/11).
Yuel menyebutkan, manik khususnya bagi masyarakat di Kalimantan tak hanya sebagai hiasan, tapi juga dijadikan benda sakral, baik itu untuk sarana upacara adat, sarana pengobatan, bekal kematian, sebagai alat tukar atau mas kawin bahkan manik-manik bisa melambangkan status sosial bagi pemiliknya.
“Kita ingin memperkenalkan manik-maik, tentang tata cara pembuatan dan bahannya. Selain itu untuk menjalin silaturahmi antara bangsa sekaligus memperkuar kerjasama antara museum se-Borneo,” katanya.
Dia berharap kerjasama ini nantinya dapat terus ditingkatkan, dan selain itu melalui pameran ini dapat memberikan manfaat bagi generasi muda dalam memahami sejarah dan budaya. Tak hanya itu, kegiatan ini juga sebagai bentuk peletarian budaya lokal supaya tidak tergerus budaya barat.
Sementara itu, salah seorang pejabat dari Museum Brunei Darussalam, Noor Abika Hizabul Kadef menyebutkan, khusus untuk koleksi manik-manik yang dipamerkan dari Museum Brunei yaitu manik-manik yang biasa digukan oleh etnik Murut. Dia menuturkan, tedapat 15 jenis manik-manik koleksi Museum Brunei Darussalam yang dipamerkan pada kegiatan ini.
“Dantaranya merupakan temuan dari pada tim ekologi Sungai Lumut. Itu barang purba, kalau diperkiranya itu usainya abad ke-15 masehi. Nama maniknya di Brunei disebut manik Kaca,” katanya menyebutkan.
Dia sendiri menyambut positif kegiatan tersebut. Karena tidak saja dari segi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan budaya, khususnya manik-manik Borneo. “Semua manik-manik dari Borneo bisa kita dapat lihat disini,” katanya. (sho/vin/gus)