SAMPIT – Imbauan Bupati Kotim Supian Hadi agar para Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat membeli beras lokal jenis Siam Epang cap ikan jelawat dianggap berhasil mendongkrak penyerapan komoditi lokal tersebut.
Sejak diluncurkan sekitar 3 bulan yang lalu, para ASN Kotim telah menyerap lebih dari 10 ton beras lokal tersebut dan jumlahnya akan terus bertambah, sesuai permintaan para ASN setiap bulannya.
”Memang sudah seharusnya seperti ini. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli terhadap nasib para petani kita. Dengan membeli beras hasil produksi petani lokal, kita secara tidak langsung telah membantu mensejahterakan petani di daerah ini,” papar Supian Hadi, Sabtu (26/11).
Ia berharap penyerapan beras lokal oleh para ASN ini bisa terus berlanjut tidak hanya ramai saat awal peluncuran saja. Dan ia juga mengimbau kepada perusahaan besar swasta (PBS) untuk membantu menyerap beras hasil produksi petani Kotim, yang berasal dari kecamatan Teluk Sampit itu. Hal ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap visi dan misi yang dijalankan oleh Pemkab Kotim.
Sementara itu Camat Teluk Sampit Samsurijal mengaku sangat berterima kasih dan mengapresiasi program yang dicanangkan oleh bupati dalam membantu penyerapan beras dari petani lokal yang sebagian besar berasal dari wilayahnya tersebut. Ia pun berjanji, pihaknya bersama dengan kelompok petani setempat akan terus berupaya dalam mengembangkan beras Siam Epang, baik dari segi pengemasan mau pun pemasaran.
Muslih, salah seorang pengelola beras siam epang, mengatakan sementara ini penyaluran beras hanya disekitar wilayah Palangka Raya dan Banjarmasin. Dan itu pun, kalau dari Banjarmasin yang membeli biasanya hanya dalam bentuk gabah sehingga harganya lebih murah dan keuntungan petani sedikit.
”Hal ini lah yang coba kami hentikan. Kami tidak lagi menjual dalam bentuk gabah, melainkan dalam bentuk beras sehingga dari segi ekonomis lebih tinggi dan bisa mensejahterakan para petani juga. Kalaupun ingin membeli gabah, harganya harus lebih tinggi dari sebelumnya,” ucap Muslih.
Dengan adanya imbauan bupati agar para ASN membeli beras lokal, menurutnya selain membantu menyerap beras dari petani lokal juga telah berhasil membantu mendongkrak harga gabah. Dulunya, harga gabah berada dibawah Rp 4.000 per Kg, tapi sekarang harganya sudah naik. Yakni, berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 5.500 per Kg. Bahkan apabila penyaluran beras bisa berjalan lancar, diperkirakan pada musim panen selanjutnya harga gabah bisa naik lagi, sampai Rp 6.000 per Kg.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Peternakan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (DP3KP) Kotim I Made Dikantara mengutarakan, varietas beras lokal Kotim nantinya akan bertambah dengan lahirnya varietas kedua selain Siam Epang, yakni diberi nama Batang Gadis.
Dijelaskannya, beras Batang Gadis ini berbeda dengan beras Siam Epang, dan merupakan beras dengan rasa pulen. Beras jenis baru ini akan segera disertifikasi dalam waktu dekat. ”Berasnya harum dan pulen seperti beras Jawa, dengan harga yang dipatok kurang lebih harga beras di pasaran,” tandas Made.
Ditambahkannya, ke depan Pemkab Kotim akan berusaha sebanyak mungkin mendaftarkan jenis-jenis beras hasil dari bibit varietas lokal. Tujuannya, agar bibit beras-beras tersebut menjadi milik Kabupaten Kotim sebelum kabupaten lain mendaftarkannya secara nasional.
”Varietas lokal itu secara teknis lebih unggul dari jenis lain. Saat ditanam, adaptasinya lebih bagus, tahan keasaman, sehingga pemeliharaannya lebih enteng. Selain itu juga tahan penyakit, hama tikus, dan kekeringan,” pungkas Made. (vit/sei/gus)