PALANGKA RAYA – Kasus kematian WP (18) akibat penganiayaan berat berujung pembunuhan, kini masih dalam pendalaman penyidik Sat Reskrim Polres Palangka Raya. Namun berdasarkan pra reka adegan, penyidik besar kemukinan memastikan AC (17) sebagai pelaku tunggul pencabut nyawa korban. Sedangkan tiga lainnya ditetapkan sebagai saksi dalam peristiwa tersebut.
“Awalnya ada keterangan pengeroyokan, tetapi pas dilakukan pra adegan diketahui tiga lainnya melerai dan tidak mengeroyok. Hanya tersangka AC, menusuk korban hingga meninggal dunia. Ini berdasarkan pra rekon (rekonstruksi) di TKP (tempat kejadian perkara),” ungkap Kapolres Palangka Raya AKBP Lili Warli melalui Kasat Reskrim AKP Ismanto Yuwono, Minggu (7/5).
Ismanto mengungkapkan dapat dipastikan konfilik terjadi hanya antara korban dan pelaku.Hingga dalam kasus ini hanya AC menjadi tersangka tunggal.
“Kita sudah periksa enam saksi dan lakukan pra rekon untuk memastikan kejadian sebenarnya. Walaupun senjata tajam jenis pisau masih belum ditemukan,” tuturnya.
Untuk motif, lanjut Pama Polri ini sesuai isi pra rekontruksi tetap memastikan bahwa pelaku sakit hati kepada korban. Karena pelaku disebut nakal dan sering memiliki sikap tidak baik, sekaligus dituduh sering kali meminta uang dengan kekasih almarhum.
”Jadi motif sama, namun untuk reka adegan ini bersifat sementara karena nanti akan dilakukan rekontruksi sebenarnya sambil melibatkan pihak kejaksaan dan penasehat hukum tersangka,”tegas Ismanto.
Dia menambahkan dalam kasus ini ada perlakukan lain kepada tersangka. Karena pelaku merupakan anak dibawah umur dan masih berstatus pelajar di SMAN-4 Palangka Raya.
“Proses pemeriksaan dan pemberkasan akan dipercepat. Kita juga titipkan dalam sel terpisah dan tidak disatukan. Saya berharap ini tidak terulang lagi, apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain,” tutur Ismanto.
Kata Ismanto pengawasan ketat dan pemberian pengertian kepada anak-anak perlu ditingkatkan. Baik itu dalam ruang lingkup keluarga maupun sekolah.
“Ini sudah kejadian, tetapi saya memohon agar penganiyaan atau menghilangkan nyawa orang lain tidak terulang kembali. Ini menyedihkan dan sangat disayangkan,” pungkasnya.
Sementara itu, menanggapi insiden berdarah melibatkan pelajar, Ketua DAD Kalteng Agustiar Sabran menyayangkan peristiwa itu terjadi. Terlebih masih berstatus pelajar sudah berani menghilangkan nyawa orang lain menggunakan sajam.
“Saat ini guru dan orang tua harus berperan aktif, termasuk media massa. Intinya hal itu sangat disesalkan dan semoga tak terulang lagi,” pungkasnya. (daq/vin)