SAMPIT – Menjelang Lebaran, kebutuhan kue kering meningkat drastis. Momentum ini pun tak disia-siakan oleh produsen kue kering.
Ecka Novita Sari, warga Jalan Kamar 20 No 2 Kecamatan Baamang, mendapat orderan kue kering saat Ramadan. Permintaan semakin banyak saat mendekati Lebaran.
“Sudah beberapa tahun terakhir saat bulan puasa selalu bikin kue kering. Kue kering biasanya banyak dicari masyarakat sebagai kue Lebaran,” kata Ecka, Minggu (11/6).
Dalam membuat kue kering ini memang membutuhkan modal lumayan besar. Selain bahan, dirinya juga butuh peralatan yang memadai agar hasilnya optimal.
Sekali belanja bahan, Ecka mengeluarkan modal Rp 3 juta. Itu bisa dibuat dalam empat hari dan meghasilkan ratusan toples aneka kue kering, mulai dari lidah kucing, nastar, nastar keranjang, putri salju, kue kacang, semprit ulat dan masih banyak lagi.
“Modal Rp 3 juta itu kalau kue keringnya habis bisa mendapat Rp 8 juta. Satu toples saya jual mulai Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu,” ujarnya.
Saat mendekati Lebaran, dirinya harus mempersiapkan bahan untuk membuat kue kering dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.
“Saya jualan kue kering ini lewat online. Kalau ada yang pesan, saya antar. Banyak yang order hanya orang Sampit. Ada yang beli karyawan sawit,” katanya.
Dalam memproduksi kue kering, Ecka juga dibantu oleh tiga orang. Saat waktu luang saja Ecka membantu membuat kue kering. “Saya hari-hari memposting kue kering di media sosial. Kalau ada yang order saya layani dan seputaran sampit masih bisa diantar dan ada juga yang datang langsung,” jelasnya.
Mendekati lebaran, Ecka bakal memproduksi kue kering semprit ulat. Kue tersebut yang paling laris dibandingkan dengan kue kering lainnya. ”Kue semprit ulat ini masih baru di Sampit. Jadi masyarakat juga penasaran. Ditambah kuenya yang hampir menyerupai ulat banyak digemai mulai dari anak kecil sampai orang dewasa,” pungkasnya. (rin/yit)