SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Seruyan bersama Institut Penelitian Inovasi Bumi (INOBU) membentuk Agricultural Facility di Hotel Aquarius, Senin (19/2). Lembaga mandiri yang diberi nama Fasilitas Pertanian Pelita Seruyan ini akan menjadi wadah untuk mendukung petani kelapa sawit melalui pelatihan, penyaluran kredit dengan bunga rendah, dan akses terhadap peralatan pertanian.
Banyak pihak yang terlibat dalam pembentukan Fasilitas Pertanian, diantaranya Pemerintah Kabupaten Seruyan, INOBU, HKTI, gapoktan, koperasi, LSM, dan perusahaan besar kelapa sawit yang dalam hal ini diwakili oleh PT Musirawas Citraharpindo.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Seruyan H Sugiannor mengatakan, sejak tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Seruyan menginginkan produk perkebunan sawit yang berkelanjutan. Karena itu pemkab menyatakan keikutsertaan dalam program sertifikasi yurisdiksional yang diprakarsai oleh INOBU. Program sertifikasi ini dibangun berdasarkan platform multi-pihak.
Progres kerjasama tersebut telah mencapai tahap sosialisasi program sertifikasi terhadap petani sawit, pemetaan terhadap petani swadaya yang jumlahnya 2981 petani dengan luas lahan 6.657 hektare, penerapan elekronik surat tanda daftar budidaya (STDB), dan pembentukan Agricultural Facility yang dinamai Fasilitas Pertanian Pelita Seruyan.
”Semua usaha perkebunan kelapa sawit harus mengantongi sertifikasi ISPO. Untuk mengarah ke sana, dibentuklah lembaga Fasilitas Pertanian yang bertugas membantu para petani swadaya. Tahun ini, Fasilitas Pertanian Pelita Seruyan menargetkan bisa menyelesaikan sertifikasi ISPO untuk 350 petani swadaya di Seruyan,” terang H Sugiannor.
Pj Bupati Seruyan Leonard S Ampung yang diwakili Asisten II Sekretariat Daerah (Sekda) Seruyan Djainuddin Noor mengatakan, butuh waktu panjang dalam pembentukan Agricultural Facility. Pembentukan diawali forum diskusi di Jakarta, yang dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan di Seruyan. Finalisasi pembentukan Agricultural Facility dilakukan 17 Februari 2018 dan diklarasikan pada 19 Februari.
”Dengan adanya Agricultural Facility, bantuan kepada petani lebih muda disalurkan,” kata Djainuddin Noor.
Selain mendapat dukungan dari pemda, Djainuddin Noor berharap Agricultural Facility juga dapat dukungan dari perusahaan perkebunan, kehutanan, pertambangan yang ada di Seruyan. Untuk itu perlu dirumuskan sumber pendanaan ini, penggunaan, dan pertanggungjawabannya.
”Setelah deklarasi ini agar segera diproses legalitasnya sehingga benar-benar bisa dipertangungjawabkan secara hukum,” pinta Djainuddin Noor.
Dalam pembentukan Fasilitas Pertanian Pelita Seruyan, juga telah diputuskan pengurusnya. Ketua diisi oleh perwakilan pemerintah daerah yakni H Sugiannor, Sekretaris ditempati Azrin Rasuwin dari INOBU, dan bendahara dijabat oleh M Irfan Hafid dari PT Musirawas Citraharpindo.
Beberapa program yang segera dikerjakan adalah memberi pelatihan TOT kepada 100 orang, dilanjutkan peningkatan kapasistas petani dengan memberikan pelatihan kepada 500 orang, dan sertifikasi. Selain itu, Fasilitas Pertanian Pelita Seruyan juga akan memberikan akses pembiayaan, pemasaran, pembibitan, pupuk, peralatan pertanian.
Bendahara INOBU Azrin Rasuwin mengatakan, INOBU ingin mewujudkan visi perkebunan kelapa sawit yang bebas deforestasi dan konflik. Melalui Agricultural Facility, INOBU memfasilitasi pembentukan sistem perizinan perkebunan kelapa sawit baru untuk memastikan bahwa izin di masa depan tidak akan menyebabkan deforestasi.
Selama Agricultural Facility belum punya pendanaan secara mandiri, maka akan disuport dari RSPO dan United Nation Environment Program. Diharapkan multipihak mendukung semua aspek Agricultural Facility sehingga bisa maju bersama.
”Kami harapkan tidak hanya koordinasi, tapi juga ada kolaborasi, sehingga masing-masing pihak memberikan kontribusi, baik itu berupa tenaga maupun dana. Misalnya PBS memberikan dana untuk Agricultural Facility. Ke deapan kami ingin mendorong lembaga ini menjadi one stop service bagi petani, dari hulu sampai hilir,” ujar Azrin.
Advisor Umum dan Kemitraan Masyarakat Musirawas Group Djunta Marhaendro mengatakan, Musirawas mendukung pembentukan fasilitas pertanian yang diinisiasi oleh Pemkab Seruyan dan INOBU. Sebab, kalau petani sawit maupun perusahaan sawit sudah memiliki sertifikasi, maka produk-produk yang dihasilnya juga dinyatakan memenuhi standar nasional. ”Artinya, kelapa sawit yang dihasilkan Seruyan layak mendunia, karena sustainable. Tahun 2020 dianggap batas akhir mandatory sertifikasi perkebunan berkelanjutan. Dan diharap pekebun dan petani swadaya sudah juga menjadi voluntary sertifikasi berkelanjutan,” harap Djunta.
Kabag Humas Musirawas Group Ir Anwaryono menambahkan, Musirawas Group mewakili PBS di wilayah Kabupaten Seruyan dalam keterlibatan penandatanganan pembentukan Agricultural Facility. Musirawas ditunjuk berdasarkan aktivitas perusahaan di bidang CSR dengan program kemitraan yang berkelanjutan. Diantaranya, penjualan tanpa margin bibit kelapa sawit siap tanam dalam kegiatan Geber MLT (Gerakan Bersama Pemanfaatan Lahan Tidur) untuk warga sekitar perusahaan setara luasan 1000 hektare. Program revitalisasi/plasma untuk enam koperasi seluas kurang lebih 4.208 hektare. Musirawas juga menjalin kemitraan dengan lima kelompok tani dengan luasan kurang lebih 300 hektare
Petani sawit pun tidak bingung ketika menjual hasil panen. Sebab, Musirawas menerima penjualan tandan buah sawit dari petani kelapa sawit. Saat ini ada 121 suplayer TBS yang terdiri perorangan, koperasi, kelompok tani, dan CV dengan luasan kebun kelapa sawit 5.541 hektare. Buah sawit tersebut diterima di pabrik kelapa sawit 1 PT Musirawas yang telah dibuka sejak tahun 2001.
”Semua jenis kegiatan kami dilaporkan secara rutin kepada pemerintah daerah dan dipublikasikan secara luas melalui surat kabar,” kata Anwaryono. (yit)