Pernak-pernik usaha perkebunan sawit masih jadi isu yang seksi bagi media. Di satu sisi tudingan negatif pada perusahaan sawit melalui media kerap mengemuka. Misalnya merusak lingkungan, menabrak regulasi hukum, korupsi (menyuap, merekayasa laporan pajak), pengerahan aparat sebagai backing keamanan, juga minim fasilitas dan jaminan kesejahteraan bagi buruh atau petani sawit. Belum lagi tudingan perusahaan yang sengaja membakar lahan yang sudah tak produsktif agar bisa ditanami atau dialihfunsikan menjadi hutan tanam industri (HTI)
“Bisnis perusahaan sawit itu seperti buah simalakama. Ada sisi positif dan negatifnya,” kata Ketua Dewan Pers Indonesia Yosep Adi Prasetyo yang lebih dikenal sebagai Yosep Stanley Adi, dalam acara Sustainable Palm Oil Master Class I 2017, 25-26 Juli 2017 di Swiss-belhotel Danum, Palangka Raya, Selasa (25/7).
Belum lagi adanya fakta, sebagian media mengaku kesulitan mengakses informasi tentang perusahaan sawit. Apalagi jika pemberitaan yang diangkat terkait dengan perusahaan tersebut.
“Kami seringkali kesulitan untuk mendapatkan akses ke perusahaan sawit, inilah yang seringkali membuat berita kami menjadi tidak berimbang,” papar Faturachman, salah seorang wartawan yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Di sisi lain, manajemen perusahaan sawit malah mengaku mendapatkan imbas negatif akibat adanya pemberitaan sepihak melalui media.
Sementara itu perusahaan sawit mengklaim sudah jadi penyumbang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bahkan CEO Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalimantan Barat Susanto Yang menyebut dibandingkan komoditi lainnya, harga sawit lebih stabil dibandingkan karet dan tambang yang sempat menjadi primadona komoditi di wilayah Kalimantan.
“Sawit merupakan berkah bagi Indonesia, karena kita dikaruniai alam yang subur, curah hujan yang cukup, matahari yang cukup,” ujar Susanto saat memberi sambutan dari manajemen.
Hal ini dperkuat lagi dengan pernyataan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) memaparkan data, perusahaan sawit di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja sampai 3,3 juta orang, total nilai ekspor 2016 kini tercatat menyentuh angka Rp 240 triliun.
Inilah yang tergambar saat diskusi antara pekerja media dan pekerja perusahaan sawit. Terkait adanya fakta “bentrok” kepentingan ini, Bambang Chriswanto salah seorang fasilitator dar Sinar Mas menyebut, diharapkan dengan adanya Sustainable Palm Oil Master Class I 2017 bisa menjadi jembatan antara pekerja media dan perusahaan sawit.
“Ya ini menjadi pekerjaan rumah bagi kami (perusahaan sawit, Red) untuk bisa lebih memberi akses pada teman-teman media, apalagi sudah bertemu jadi bisa tukar-tukaran nomor kontak. Untuk Sinar Mas sendiri ada website yang bisa diakses khusus bagi teman-teman media jika ada pertanyaan (konfirmas, Red),” ungkap Bambang yang juga bertindak sebagai penterjemah bagi Anita Neville, VP CCSR (Corporate Communications and Sustainability Relations) Golden Agri Resources (nama perusahaan Sinar Mas di bursa saham Singapura).
Dalam kegiatan ini sendiri media kembali diingatkan tentang tugas dan fungsi pers dalam mengolah berita, melalui narasumber wartawan senior M. Taufiqurahman. Pers diingatkan tentang sejarah jurnalistik sampai fungsi pers, dan penggalian informasi secara mendalam (in depht reporting). (vin)